Suara.com - Pasar saham global menunjukkan dinamika yang berbeda pada perdagangan Selasa, 20 Mei 2025. Wall Street mengalami koreksi setelah reli yang dipimpin oleh saham-saham teknologi mulai mereda, sementara bursa saham di kawasan Asia-Pasifik justru terpantau menguat, dengan investor mencermati keputusan suku bunga acuan di Australia.
Pada perdagangan Selasa, indeks-indeks utama di Wall Street ditutup di zona merah. Indeks S&P 500 turun 0,39%, diikuti pelemahan Nasdaq Composite sebesar 0,38%, dan Dow Jones Industrial Average terkoreksi 0,27%.
Penurunan ini terutama dipicu oleh aksi jual pada saham-saham teknologi yang selama enam hari terakhir menjadi lokomotif penggerak reli pasar. Sektor teknologi secara keseluruhan tercatat turun 0,5%.
Beberapa saham teknologi raksasa yang mengalami pelemahan antara lain Nvidia yang turun 0,9%, serta diikuti oleh penurunan saham Advanced Micro Devices, Meta Platforms, Apple, dan Microsoft. Koreksi ini mengindikasikan adanya rotasi sektoral atau pengambilan untung oleh investor setelah periode kenaikan yang signifikan.
Di tengah gelombang koreksi ini, saham Tesla justru berhasil mencatatkan kenaikan tipis 0,5%. Kenaikan ini terjadi setelah CEO Tesla, Elon Musk, menegaskan komitmennya untuk memimpin perusahaan mobil listrik tersebut selama lima tahun ke depan.
Dalam wawancara di Qatar Economic Forum yang diselenggarakan Bloomberg di Doha, Musk dengan tegas menyatakan, "Ya, tidak ada keraguan sama sekali soal itu." Pernyataan ini tampaknya berhasil menenangkan kekhawatiran investor mengenai fokus kepemimpinan Musk yang terpecah pada beberapa perusahaan.
Di ranah politik Amerika Serikat, Presiden Donald Trump menghadapi kendala dalam upaya legislasi pajak. Ia gagal meyakinkan sejumlah anggota Partai Republik di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS untuk menarik penentangan mereka terhadap rancangan undang-undang pajak besar yang mengatur batasan pengurangan pajak negara bagian dan lokal. Penolakan ini berpotensi menggagalkan rencana pengesahan legislasi pajak yang diharapkan dapat rampung sebelum akhir pekan Memorial Day mendatang, menambah ketidakpastian di pasar.
Bursa Saham Asia Menguat, Australia Pangkas Suku Bunga
Berbeda dengan Wall Street, bursa saham di kawasan Asia-Pasifik menunjukkan performa yang menguat pada perdagangan Selasa, 20 Mei 2025. Investor di kawasan ini sebagian besar mencermati keputusan suku bunga acuan oleh Reserve Bank of Australia (RBA).
Baca Juga: IHSG Berbalik Rebound Menguat Hingga Akhir Perdagangan Senin ke Level 7.141
RBA mengambil langkah signifikan dengan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,85%, yang merupakan level terendah dalam dua tahun terakhir. Keputusan ini diumumkan setelah rapat kebijakan dua hari, didorong oleh peningkatan tekanan eksternal akibat perlambatan ekonomi global dan meredanya inflasi domestik. Pemangkasan suku bunga ini diharapkan dapat memberikan stimulus bagi perekonomian Australia.
Selain itu, investor bursa Asia juga tengah mencermati pencatatan saham produsen baterai terbesar di dunia, Contemporary Amperex Technology, yang menambah sentimen positif.
Beberapa indeks utama di Asia menunjukkan kenaikan:
- Indeks Nikkei 225 Jepang naik tipis 0,08%.
- Indeks Topix Jepang juga naik 0,02%.
- S&P/ASX 200 Australia, sejalan dengan pemangkasan suku bunga, naik 0,58%.
- Hang Seng Hong Kong memimpin dengan penguatan 1,45%.
- Taiex Taiwan naik 0,01%.
- CSI 300 China menguat 0,54%.
- Namun, indeks Kospi Korea Selatan menjadi satu-satunya yang melemah tipis 0,06%.
IHSG Diproyeksikan Sideways Cenderung Menguat
Sementara itu, pasar domestik Indonesia juga menunjukkan pergerakan yang menarik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin, 20 Mei 2025, ditutup melemah 0,65% ke level 7.094. Meskipun demikian, berdasarkan proyeksi teknikal, pergerakan IHSG hari ini (21 Mei 2025) diperkirakan akan cenderung sideways atau bergerak mendatar, namun dengan kecenderungan menguat. Ini mengindikasikan adanya potensi pembalikan atau setidaknya stabilisasi setelah pelemahan sebelumnya.
Dinamika pasar global dan domestik ini menunjukkan bahwa investor perlu terus mencermati berbagai faktor, mulai dari kebijakan moneter, perkembangan politik, hingga pergerakan saham-saham unggulan di berbagai sektor.
Berita Terkait
-
IHSG Masuk Fase Konsolidasi, Tunggu Keputusan BI Rate
-
IHSG Berakhir Terkoreksi, Tapi Masih di Level 7.000
-
IHSG Pagi Ini Menguat ke Level 7.164, Cermati Saham-saham yang Cuan
-
IHSG Berpotensi Alami Koreksi Hari Ini, Cermati Saham-saham Pilihan
-
IHSG Berbalik Rebound Menguat Hingga Akhir Perdagangan Senin ke Level 7.141
Terpopuler
- 6 HP 5G Paling Murah di Bawah Rp 4 Juta, Investasi Terbaik untuk Gaming dan Streaming
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 29 November: Ada Rivaldo, Ribuan Gems, dan Kartu 110-115
- Bercak Darah di Pohon Jadi Saksi Bisu, Ini Kronologi Aktor Gary Iskak Tewas dalam Kecelakaan Maut
- 5 Shio Paling Beruntung Hari Ini Minggu 30 November 2025, Banjir Hoki di Akhir Bulan!
- 7 Rekomendasi Motor Paling Tangguh Terjang Banjir, Andalan saat Musim Hujan
Pilihan
-
OPEC Tahan Produksi, Harga Minyak Dunia Tetap Kokoh di Pasar Asia
-
Menteri UMKM Sebut Produk Tak Bermerek Lebih Berbahaya dari Thrifting: Tak Terlihat tapi Mendominasi
-
Telkom Siapkan Anak Usaha Terbarunya infraNexia, Targetkan Selesai pada 2026
-
Ironi di Kandang Sendiri: UMKM Wajib Sertifikasi Lengkap, Barang China Masuk Bebas?
-
Gubernur BI : Tiga Kunci Ini Bisa Bikin Indonesia Meroket di 2026, Apa Saja?
Terkini
-
Aturan Pengelolaan Sumur Rakyat Dinilai Beri Peluang Cuan Bagi Ekonomi Daerah
-
Danantara Ungkap 2 Proyek Andalan Dongkrak Ekonomi
-
Menkeu Purbaya Akui Iklim Investasi Indonesia Berantakan: Kalah dari Vietnam, Thailand, Malaysia
-
Bolehkah PPPK Paruh Waktu Ambil Pekerjaan Sambilan? Ini Ketentuannya
-
Bank Indonesia Punya Cara Turunkan Harga Bawang, Begini Strateginya
-
OPEC Tahan Produksi, Harga Minyak Dunia Tetap Kokoh di Pasar Asia
-
Investasi Ilegal Rugikan Masyarakat Senilai Rp142 Triliun, Terbanyak dari Wilayah Ini
-
Pasca Banjir Sumatera, Menkeu Purbaya Janji Alokasi Dana BNPB Ditambah
-
Menteri UMKM Sebut Produk Tak Bermerek Lebih Berbahaya dari Thrifting: Tak Terlihat tapi Mendominasi
-
Telkomcel Gelar Telkomcel Connect, Rayakan 13 Tahun Hubungkan Timor Leste