Suara.com - Meski kini Iran tengah ditekan oleh Amerika Serikat dan sekutunya, terutama zionis Israel. Nampaknya, hal ini tidak jadi masalah bagi China, meski diancam dengan sanksi ekonomi. Pelabuhan terbesar China, hingga kini masih menerima minyak mentah Iran sepanjang tahun ini.
Kondisi ini secara signifikan menyoroti celah dalam upaya Amerika Serikat (AS) untuk membatasi pendanaan militer Teheran dan menegakkan sanksi yang ada. Perdagangan ini melibatkan rute kompleks dan penggunaan kapal tanker yang dikenai sanksi, menunjukkan China secara pragmatis mengabaikan sanksi AS demi kebutuhan energi domestik, khususnya di tengah ekonomi yang melambat.
Menurut data dari firma analisis Kpler yang dikutip melalui Bloomberg, antara Januari hingga Juni 2025, terminal di sekitar gugus pelabuhan Qingdao, Dalian, dan Zhoushan telah membantu China membeli hampir 1,4 juta barel minyak mentah Iran per hari. Khususnya pada bulan Juni, pelabuhan di sekitar Qingdao saja menerima sekitar 15,5 juta barel minyak mentah Iran, dengan nilai mencapai hampir US$1 miliar pada harga diskon saat ini. Pola serupa juga terlihat di pelabuhan lain sepanjang pantai timur China, seperti Dongjiakou dan Lanqiao. Meskipun China secara resmi tidak mengakui sanksi AS dan membela haknya untuk berdagang dengan Iran, perusahaan-perusahaan besar China umumnya sangat berhati-hati dalam berurusan dengan entitas yang dikenai sanksi AS karena takut terjerat dalam penegakan hukum Washington. Namun, keberlanjutan penggunaan pelabuhan-pelabuhan besar ini mencerminkan interpretasi pragmatis China terhadap pesan yang membingungkan dari pemerintahan Trump sebelumnya.
Secara resmi, data bea cukai China menunjukkan bahwa negara tersebut belum mengimpor minyak mentah Iran sejak pertengahan 2022. Namun, para pedagang menjelaskan bahwa minyak yang dimuat di pelabuhan Iran seringkali dikirim ke perairan lepas pantai Malaysia atau titik transfer lain, di mana minyak kemudian dipindahkan antar kapal tanker di laut. Kapal-kapal yang dikenai sanksi AS sering digunakan pada perjalanan awal dari Iran ke Malaysia, sebelum kemudian dipindahkan ke kapal-kapal "armada gelap" untuk sisa perjalanan menuju China. Departemen Keuangan AS, meskipun telah memberlakukan pembatasan pada entitas China yang dianggap membantu aliran minyak, sebagian besar fokus pada kapal tanker dan cenderung menghindari sanksi terhadap pelabuhan atau kilang minyak yang lebih besar.
Ketahanan arus minyak mentah Iran ke China juga mencerminkan kebutuhan berkelanjutan negara tersebut akan barel minyak dengan harga diskon. Minyak ini sangat penting bagi industri penyulingan swasta China yang besar, yang telah berjuang dengan margin keuntungan yang sangat tipis di tengah perlambatan ekonomi.
Hingga saat ini, hanya satu terminal pelabuhan di wilayah Dongying, Shandong, yang masuk daftar hitam AS karena menerima kiriman dari Iran. Langkah ini ditafsirkan oleh para pedagang sebagai sinyal yang disengaja dari AS untuk menghindari kerusakan tambahan pada sektor lain yang lebih luas.
Berita Terkait
-
Eksklusif: Duta Besar Iran Bicara Gencatan Senjata, Serangan Balasan, dan Masa Depan Konflik
-
Setelah Naik Tinggi Imbas Perang Iran-Israel, Harga Minyak Dunia Akhirnya Stabil
-
Setelah Lama Kosong, Indonesia akan Punya Duta Besar untuk AS, Siapa?
-
KPI Minta Masukan China untuk RUU Penyiaran, Kebebasan Pers dan Rakyat Terancam?
-
Harga Minyak Dunia Makin Anjlok Setelah Kondisi Perang Iran-Israel Kondusif
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 5 HP Murah RAM 8 GB Memori 256 GB untuk Mahasiswa, Cuma Rp1 Jutaan
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Sunscreen Terbaik Mengandung Kolagen untuk Usia 50 Tahun ke Atas
- 8 Lipstik yang Bikin Wajah Cerah untuk Ibu Rumah Tangga Produktif
Pilihan
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
Terkini
-
Amartha Salurkan Modal Rp30 Triliun ke 3 Juta UMKM di Pelosok
-
Indonesia akan Ekspor Sarung Tangan Medis dengan Potensi Investasi Rp 200 Miliar
-
Permudah Kebutuhan Transaksi Warga, AgenBRILink di Riau Ini Hadirkan Layanan Jemput Bola
-
Dominasi Transaksi Digital, Bank Mandiri Dinobatkan sebagai Indonesias Best Transaction Bank 2025
-
Rahasia George Santos Serap 10.000 Lapangan Kerja Hingga Diganjar Anugerah Penggerak Nusantara
-
Jelang Akhir Tahun Realisasi Penyaluran KUR Tembus Rp240 Triliun
-
Jabar Incar PDRB Rp4.000 Triliun dan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
-
BRI Insurance Bidik Potensi Pasar yang Belum Tersentuh Asuransi
-
Cara SIG Lindungi Infrastruktur Vital Perusahaan dari Serangan Hacker
-
Dukung Implementasi SEOJK No. 7/SEOJK.05/2025, AdMedika Perkuat Peran Dewan Penasihat Medis