Suara.com - DBS Bank Ltd (Bank DBS) kembali mempertegas komitmennya melalui laporan survei terbaru bertajuk “New Realities, New Possibilities”. Dalam riset ini, Bank DBS mengumpulkan insights lebih dari 800 pemimpin keuangan, khususnya Chief Financial Officer (CFO) dan Corporate Treasurers, di tujuh sektor dan 14 pasar.
Hal ini untuk mendapatkan pemahaman komprehensif mengenai dampak tren ekonomi makro terkini terhadap strategi yang perlu mereka terapkan untuk mempertahankan keadaan finansial di tengah kompleksitas pasar.
Sebagai dasar, riset tersebut mencatat tiga tren makroekonomi yang dianggap menjadi tantangan akan stabilitas dan pertumbuhan: ketegangan geopolitik (58 persen), volatilitas akibat inflasi dan ketidakstabilan suku bunga (57 persen), dan gangguan rantai pasokan (55 persen).
Sebaliknya, kehadiran teknologi baru, seperti Generative AI dan Blockchain (83 persen), serta meningkatnya fokus pada keberlanjutan (76 persen). Hal ini dianggap sebagai tren yang memiliki potensi dampak positif, mampu mendorong inovasi, dan meningkatkan efisiensi operasional.
"Hasil survei dari kedua periode konsisten menunjukkan bahwa penggunaan AI untuk analisis dan visualisasi data menjadi penting untuk meningkatkan fungsi perbendaharaan perusahaan," kata Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Anthonius Sehonamin dalam siaran pers yang diterima, Minggu (27/7/2025).
Lonjakan signifikan berada pada manajemen likuiditas dan valuta asing (FX). Berdasarkan hasil survei kedua, aspek ini meningkat lima posisi dari ketujuh menjadi kedua. Manajemen likuiditas dan valuta asing dipandang semakin krusial dalam merencanakan penguatan stabilitas keuangan di tengah biaya awal yang lebih tinggi dan potensi penimbunan inventaris akibat meningkatnya volatilitas pasar.
Di Indonesia, studi ini menjelaskan bahwa ada pergeseran prioritas dalam menghadapi lanskap bisnis global yang terus berkembang. Para pemimpin keuangan di Indonesia menyadari bahwa volatilitas ekonomi dunia memberikan tekanan baru bagi industri dalam negeri.
Meski demikian, situasi ini juga membuka peluang strategis bagi Indonesia untuk tampil sebagai alternatif pusat manufaktur yang kompetitif, didukung oleh ekspansi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang semakin agresif.
Perubahan ini diperkirakan akan secara signifikan membentuk ulang lanskap perdagangan, investasi, dan sektor industri nasional dalam beberapa tahun ke depan.
Baca Juga: Pemprov DKI Gandeng AI3 dan BCG, Dorong Efisiensi dan Pendapatan Daerah
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Anthonius Sehonamin mengatakan Bank DBS Indonesia menyadari bahwa para CFO kini menghadapi tantangan yang lebih luas–lebih dari sekadar teknologi dan data–tetapi juga perlu memikirkan likuiditas dan valuta asing di tengah volatilitas global.
"Penelitian ‘New Realities, New Possibilities’ menawarkan wawasan yang tepat waktu, mencerminkan komitmen kami untuk menjadi mitra tepercaya dalam menavigasi pergeseran pasar dan memanfaatkan peluang pertumbuhan," katanya.
Ketika para eksekutif global yang memprioritaskan financial intelligenceberbasis data, manajemen likuiditas, dan valuta asing (FX).
Lalu, 80 persen pemimpin keuangan Indonesia justru menempatkan optimalisasi biaya modal sebagai prioritas utama mereka. Hal ini mencerminkan respons terhadap tekanan perdagangan, pelemahan rupiah, dan inflasi yang terus berlangsung.
Di saat yang sama, 78 persen perusahaan di Indonesia mengidentifikasi kinerja ESG (Environmental, Social, Governance) sebagai agenda strategis utama, seiring dengan diberlakukannya kewajiban pelaporan dan meningkatnya ekspektasi investor, termasuk untuk memastikan akses terhadap pendanaan.
Menempati posisi selanjutnya, peningkatan aktivitas kebendaharaan dinilai 76 persen responden menjadi prioritas kritikal agar perusahaan dapat mengidentifikasi peluang untuk menyempurnakan proses, mendorong efisiensi, dan memperkuat dampak strategis.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
- Breaking News! Keponakan Prabowo Ajukan Pengunduran Diri Sebagai Anggota DPR RI Gerindra, Ada Apa?
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
Pilihan
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
Terkini
-
Menkeu Purbaya Janji Hentikan Sisa Anggaran Menumpuk di Akhir Tahun
-
Bos SMGR Akui Persaingan Industri Semen RI Makin Ketat
-
Pertamina Mau Gabung 3 Anak Usaha, DPR: Sesuai Keinginan Danantara
-
Rusun Jadi Fokus Solusi Pemukiman yang Semakin Mahal di Jakarta
-
Tidak Gratis, Pindahkan Rp 200 Triliun ke 5 Bank Menkeu Purbaya Minta Bunga Segini!
-
BNI Sambut Penempatan Dana Pemerintah, Tapi Minta Beberapa Penjelasan
-
5 Perumahan di Bekasi Utara Cocok untuk Milenial, Harga Mulai Rp 300 Jutaan
-
Rp 70 Miliar Milik Nasabah Hilang Karena Dibobol? Ini Kata BCA
-
Pengamat: Reshuffle Prabowo Lebih Bernuansa Politis Ketimbang Respons Tuntutan Publik
-
Kisah Harjo Sutanto: Orang Terkaya Tertua, Pendiri Wings Group