Suara.com - Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menilai Pemerintah perlu menekan porsi utang di Indonesia.
Hal ini bisa menjadi alarm bahaya bagi rupiah yang bisa saja tertekan oleh dolar Amerika Serikat.
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) melaporkan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada kuartal triwulan II-2025 sebesar 433,3 miliar dolar AS atau sekitar Rp 7.014,2 triliun (asumsi kurs Rp 16.187,9 per dolar AS).
"Secara umum, utang luar negeri Indonesia saat ini masih dalam kategori sehat dan terkendali. Namun, warning tetap ada, terutama terkait ketergantungan pada utang berdenominasi valas, meningkatnya porsi ULN pemerintah, serta risiko eksternal dari volatilitas rupiah dan pembalikan modal asing," katanya saat dihubungi Suara.com, Senin (18/8/2025).
Meski secara rasio masih aman, Indonesia tetap rentan terhadap guncangan eksternal.
Sebagian besar utang berdenominasi dolar AS, sementara rupiah cenderung tertekan akibat ketidakpastian global, termasuk kebijakan The Fed dan tensi geopolitik.
"Bila pelemahan rupiah berlanjut, maka beban pembayaran ULN bisa meningkat signifikan dalam rupiah. Selain itu, potensi arus keluar modal dari investor asing yang memegang SBN juga menjadi faktor risiko," kata dia.
Dia pun melanjutkan kesehatan utang luar negeri biasanya diukur dengan rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan juga Debt Service Ratio (DSR), yakni kemampuan membayar utang dibandingkan dengan penerimaan ekspor.
Berdasarkan laporan BI, rasio ULN Indonesia terhadap PDB masih relatif terkendali di kisaran 29–30 persen.
Baca Juga: Angka Kemiskinan Naik, Rupiah Ditutup Lemah Tak Berdaya Lawan Dolar AS
Angka ini jauh di bawah ambang batas kehati-hatian internasional (sekitar 60% PDB).
Selain itu, sebagian besar ULN Indonesia berjangka panjang (lebih dari 80%), sehingga risiko likuiditas atau jatuh tempo jangka pendek cukup rendah.
"Hal ini membuat posisi utang masih tergolong aman," jelasnya.
Sementara itu, komposisi ULN juga penting untuk dinilai. Dari total 433,3 miliar dolar AS. Apalagi, porsi pemerintah sekitar 210,1 miliar dolar AS , tumbuh 10 persen yoy.
Sedangkan, ULN swasta justru menurun 1,4% yoy. Artinya, beban ULN kini lebih banyak digerakkan oleh pembiayaan pemerintah, terutama untuk pembangunan infrastruktur, sektor produktif, dan pembiayaan defisit.
"Karena ULN swasta didominasi sektor produktif seperti pertambangan, pengolahan, dan jasa keuangan, maka penurunan ULN swasta bisa berarti berkurangnya ekspansi investasi swasta, yang dalam jangka menengah perlu dicermati," tandasnya.
Berita Terkait
-
Dolar AS Ngamuk Lagi, Rupiah Tembus Rp16.169: Ternyata Ini Biang Keroknya
-
Cadangan Devisa RI 'Mengering' USD600 Juta, BI Ungkap Biang Keroknya
-
Kolaborasi BI, Malaysia, dan Thailand Kurangi Penggunaan Dolar AS, Begini Strateginya
-
Nilai Tukar Rupiah Menguat Berkat "Gencatan Senjata" Tarif AS dan China
-
Intip Jurus Bank Indonesia Perkuat Nilai Tukar Rupiah
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
Terkini
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
Meski Banyak Kasus Keracunan, Luhut Mau MBG Jalan Terus
-
Pertamina Siapkan Kualitas SDM Pelopor Ketahanan Pangan dan Transisi Energi
-
Dituding Bahlil Salah Baca Data Subsidi LPG 3 Kg, Menkeu Purbaya: Mungkin Cara Lihatnya yang Beda
-
Pertamina Pastikan Kesiapan SPBU di Lombok Jelang MotoGP Mandalika
-
Harga Emas Turun Hari Ini: Galeri 24 Anjlok Jadi 2,2 Jutaan, Emas Antam Menarik Dibeli?
-
Dukung MotoGP Mandalika 2025, Telkomsel Hadirkan 300 BTS 4G/LTE & Hyper 5G
-
Daftar Pinjol Ilegal Oktober 2025: Ini Cara Cek Izin Pinjaman di OJK
-
Cara Hitung Bunga Deposito Tabungan 2025