Bisnis / Makro
Senin, 15 September 2025 | 16:55 WIB
Pekerja beraktivitas dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta Selatan, Senin (21/2/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]
Baca 10 detik
  • IHSG Menguat di akhir Perdagangan Senin
  • Ekonomi Domestik dan Suku Bunga The Fed Dorong Penguatan IHSG
  • Tekanan Jual pada Saham-saham Mulai Berakhir
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat deras pada hari Senin, 15 September 2025. IHSG terus menghijau dari awal sesi hinga akhir perdagangan.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia, IHSG ditutup naik 1,06 persen menuju level 7.937

Pada perdagangan hari ini, sebanyak 36,52 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi sebesar Rp 17,05 triliun, serta frekuensi sebanyak 2,13 juta kali.

Dalam perdagangan hari ini, sebanyak 493 saham bergerak naik, sedangkan 221 saham mengalami penurunan, dan 242 saham tidak mengalami pergerakan.

IHSG anjlok pada pembukaan perdagangan 1 September 2025, setelah demostrasi anarkis di sejumlah wilayah Indonesia pada pekan lalu. [Antara]

Adapun, beberapa saham yang menjadi Top Gainers pada waktu itu diantaranya, AALI, BLTZ, BREN, BYAN, CDIA, DSSA, FILM, GGRM, INCO, ITMG, MLPT.

Sementara saham-saham yang terdaftar top Looser di perdagangan waktu itu diantaranya, ADES, ARTA, BBNI, DATA, INDR, INKP, JARR, LIFE, LINK, MKPI, PACK, PANI.

Phintraco Sekuritas dalam riset hariannya mengemukakan penguatan IHSG ini didorong dari membaiknya ekonomi dalam negeri. Selain itu ekspektasi akan penurunan suku bunga The Fed juga jadi sentimen baik bagi IHSG.

"Secara teknikal, histogram negatif MACD mulai mengecil yang menandakan mulai terjadinya pelemahan tekanan jual. Stochastic RSI mengalami reversal dari area oversold," tulis Phintraco Sekuritas.

Sementara, Indeks di bursa Asia ditutup beragam, sebab investor menantikan hasil negosiasi antara AS-China dan beberapa data indikator ekonomi China.

Tercatat, data industrial production China Agustus 2025 tumbuh 5,2 persen YoY (15/9), turun dari 5,7 persen YoY di Juli 2025, serta merupakan pertumbuhan paling lambat sejak Agustus 2024 yang disebabkan oleh lambatnya pertumbuhan di aktivitas manufaktur.

Baca Juga: IHSG Tembus 7.909 di Sesi I, Ini Daftar Saham Paling Banyak Dibeli

Penjualan ritel China pada Agustus 2025 juga melambat menjadi 3,4 persen YoY dari 3,7 persen YoY di Juli 2025, serta merupakan pertumbuhan paling kecil sejak November 2024.

Load More