-
IHSG ditutup melemah tipis 0,14 persen didorong pelemahan Rupiah dan fiskal
-
Koreksi terjadi karena minimnya sentimen positif baru di pasar domestik
-
Harga emas dunia kembali mencetak rekor karena ekspektasi suku bunga The Fed
Suara.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis pada perdagangan Senin (22/9/2025). IHSG turun 11,33 poin atau 0,14 persen ke level 8.040 setelah sempat dibuka menguat di teritori positif.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan hari ni, sebanyak 37,22 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi sebesar Rp 23,02 triliun, serta frekuensi sebanyak 2,2 juta kali.
Dalam perdagangan di waktu tersebut, sebanyak 397 saham bergerak naik, sedangkan 305 saham mengalami penurunan, dan 4254 saham tidak mengalami pergerakan.
Adapun, beberapa saham yang menjadi Top Gainers pada waktu itu diantaranya, BLTZ, BNLI, BRPT, CDIA, DCII, FISH, GGRM, HMSP, IMPC, INCO, INDY, JARR.
Sementara saham-saham yang terdaftar top Looser di perdagangan waktu itu diantaranya, AMMN, AMRT, ARTO, AUTO, BBRI, BRAM, BREN, CLAY, CPIN, DATA, DSSA, JPFA.
Phintraco Sekuritas dalam riset hariannya menyebutkan pelemahan rupiah, kekhawatiran soal kondisi fiskal, serta minimnya sentimen positif baru menjadi faktor utama koreksi IHSG.
Dari dalam negeri, investor kini menanti rilis data M2 Money Supply bulan Agustus 2025 yang dijadwalkan keluar pada Selasa (23/9).
Bursa Asia ditutup variatif. Bank Sentral Tiongkok kembali mempertahankan suku bunga pinjaman 1 tahun dan 5 tahun masing-masing di level 3 persen dan 3,5 persen untuk keempat kalinya secara beruntun.
Dari India, saham sektor teknologi tertekan akibat kebijakan biaya visa baru yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump, yang banyak menyasar warga negara India.
Baca Juga: IHSG Masih Betah Bergerak di Level 8.000 pada Senin Pagi, Cek Saham yang Melonjak
Sementara itu, harga emas dunia kembali menembus rekor tertinggi, didorong ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga lanjutan oleh The Federal Reserve (The Fed).
Investor global juga menunggu serangkaian rilis data ekonomi penting. Dari Jerman, HCOB Manufacturing PMI Flash September diproyeksi naik ke 50 dari 49,8. Dari Inggris, PMI Manufaktur diperkirakan stabil di 47, sementara PMI Jasa diprediksi melambat ke 53,5 dari 54,2.
Dari Amerika Serikat, indeks PMI Manufaktur dan Jasa S&P Global diperkirakan melemah. Pidato Ketua The Fed Jerome Powell juga menjadi sorotan pelaku pasar.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
-
4 Rekomendasi HP OPPO Murah Terbaru untuk Pengguna Budget Terbatas
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
Terkini
-
COO Danantara Donny Oskaria Tinjau Lahan Relokasi Warga Korban Bencana di Aceh Tamiang
-
Program MBG Habiskan Anggaran Rp 52,9 Triliun, Baru Terserap 74,6% per Desember 2025
-
Kemenkeu Sentil Pemda Buntut Dana 'Nganggur' di Bank Tembus Rp 218,2 Triliun per November
-
Menperin: Harus Dibuat Malu Pembeli Produk Impor yang Sudah Diproduksi di Dalam Negeri
-
Target DEWA Melejit ke Rp750, Harga Saham Hari Ini Mulai Merangkak Naik
-
Purbaya Mudahkan Dana Transfer ke Daerah Terdampak Bencana Rp 43,8 Triliun Tahun Depan
-
Bank Mandiri Bagi Dividen Rp9,3 Triliun, Ini Jadwalnya
-
Apakah Gaji 3 Juta Bisa Beli Rumah KPR? Simak Penjelasan dan Skema Cicilannya
-
6 Ide Usaha Sampingan di Masa Pensiun Agar Tetap Produktif dan Bahagia
-
Langkah Keliru Danantara: Akuisisi Hotel di Mekkah Dinilai Berisiko dan Tabrak Mandat Investasi