Bisnis / Keuangan
Senin, 22 September 2025 | 09:14 WIB
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/4/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Baca 10 detik
  • IHSG dibuka menguat tipis 0,12 persen ke 8.060 pada awal perdagangan

  • Kenaikan IHSG didukung risk-on sentiment dari prospek pemangkasan The Fed

  • Bursa Asia dan Wall Street kompak menguat, memicu optimisme pasar

Suara.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih menghijau pada awal sesi perdagangan Senin, 22 September 2025. IHSG menguat ke level 8.082.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga pukul 09.04 WIB, IHSG masih betah di zona hijau di level 8.060 atau naik 0,12 persen

Pada perdagangan pada waktu itu, sebanyak 2,13 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi sebesar Rp 1,13 triliun, serta frekuensi sebanyak 132.800 kali.

Ilustrasi perdagangan sesi I IHSG hari ini [Ist/Antara]

Dalam perdagangan di waktu tersebut, sebanyak 304 saham bergerak naik, sedangkan 165 saham mengalami penurunan, dan 487 saham tidak mengalami pergerakan.

Adapun, beberapa saham yang menjadi Top Gainers pada waktu itu diantaranya, ANTM, ARKO, ARTA, BLUE, BNLI, BRPT, DWGL, FISH, GGRM, INKP, JARR, LPLI.

Sementara saham-saham yang terdaftar top Looser di perdagangan waktu itu diantaranya, AUTO, BREN, BRMS, CLAY, COIN, CPIN, DATA, DSSA, MFIN, MDLV, MIKA, MKPI.

Proyeksi IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan melanjutkan tren penguatan pada perdagangan Senin (22/9/2025). Mengutip riset harian Phillip Sekuritas Indonesia, IHSG diproyeksikan bergerak bullish dengan level support di 7.900 dan resistance di 8.150.

Bursa Asia pagi ini dibuka menguat, mengikuti jejak Wall Street yang akhir pekan lalu mencatatkan rekor penutupan tertinggi selama dua hari beruntun.

Baca Juga: Jurus SIG Hadapi Persaingan: Integrasi ESG Demi Ciptakan Nilai Tambah Jangka Panjang

Indeks S&P 500 dan Dow Jones (DJIA) masing-masing naik 1,05 persen dan 1,22 persen sepanjang minggu lalu, sementara Nasdaq melompat 2,21 persen.

Bagi Nasdaq dan S&P 500, ini merupakan kenaikan mingguan tiga kali berturut-turut, sedangkan bagi DJIA sudah dua pekan beruntun.

Menurut Phillip Sekuritas, prospek pemangkasan suku bunga lanjutan oleh bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) menjadi katalis utama yang memicu risk-on sentiment. Kondisi ini membuat investor lebih optimistis terhadap prospek ekonomi dan berani mengambil risiko lebih tinggi demi peluang keuntungan.

Selain itu, pasar juga mencermati perkembangan hubungan dagang Amerika Serikat dan China. Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dikabarkan sepakat terkait isu TikTok usai pertemuan virtual. Keduanya dijadwalkan bertemu langsung dalam forum KTT APEC di Korea Selatan pada 30 Oktober–1 November mendatang.

Dari Asia, perhatian tertuju pada keputusan bank sentral China (PBOC) yang mempertahankan suku bunga acuan Loan Prime Rate (LPR) tenor 1 tahun di level 3,0% dan tenor 5 tahun di 3,5 persen. Langkah ini menandakan Beijing masih menunda stimulus besar-besaran meski data ekonomi menunjukkan tanda-tanda perlambatan.

Load More