-
OECD meramal ekonomi dunia tumbuh lebih tinggi dari perkiraan
-
Ekonomi Indonesia diproyeksikan menguat menjadi 4,9 persen tahun 2025
-
Pertumbuhan global terdorong investasi AI dan belanja Tiongkok
Suara.com - Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) meramal ekonomi dunia akan tumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya tahun ini. Lantaran, meredam guncangan tarif Presiden AS Donald Trump yang membuat ekonomi dunia bisa pulih.
Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan yang berbasis di Paris tersebut telah memangkas proyeksinya dari 3,1 persen menjadi 2,9 persen, yang pada saat itu memperingatkan bahwa tarif Trump akan menghambat ekonomi dunia.
"Namun (dampaknya) semakin terlihat dalam pilihan pengeluaran, pasar tenaga kerja, dan harga konsumen," kata laporan tersebut dikutip dari Japan Today, Rabu (24/9/2025).
Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga diperkirakan akan menguat. Dalam laporan bertajuk OECD Economic Outlook – Interim Report September 2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 4,9 persen pada tahun 2025.
Angka tersebut lebih tinggi 0,2 poin persentase dibandingkan laporan sebelumnya yang dirilis pada Juni 2025. Sementara untuk 2026, OECD memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,9 persen, naik 0,1 poin persentase dari proyeksi sebelumnya.
Selain itu, OECD menilai perekonomian juga mendapat dorongan dari investasi terkait AI yang kuat di Amerika Serikat. Lalu tingginya belanja pemerintah di China.
"Dampak penuh dari kenaikan tarif belum terasa dengan banyak perubahan yang diterapkan secara bertahap dari waktu ke waktu dan perusahaan-perusahaan pada awalnya menyerap sebagian kenaikan tarif melalui margin (keuntungan)," kata Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
OECD juga memperingatkan bahwa inflasi dapat meningkat seiring dengan kenaikan harga pangan, ketegangan geopolitik yang mendorong harga energi lebih tinggi, dan perusahaan mulai membebankan biaya tarif yang lebih tinggi kepada konsumen.
Kekhawatiran lainnya termasuk tingginya tingkat utang publik serta risiko terhadap pasar keuangan.
Baca Juga: Program DigiHack Telkom Makin Diminati, 256 Tim Siap Adu Inovasi Berbasis AI
"Di sisi positifnya, pengurangan pembatasan perdagangan atau pengembangan dan adopsi teknologi kecerdasan buatan yang lebih cepat dapat memperkuat prospek pertumbuhan," katanya.
Namun, OECD memperingatkan bahwa pertumbuhan di negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini diperkirakan akan melambat karena tarif yang lebih tinggi. Hal ini membuat semakin berlaku dan ketidakpastian kebijakan tetap tinggi.
Selain itu, OECD menaikkan prospek pertumbuhan negara-negara ekonomi utama lainnya: menjadi 4,9 persen di Tiongkok, 1,2 persen di zona euro, dan 1,1 persen di Jepang.
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- 5 Rekomendasi Bedak Cushion Anti Longsor Buat Tutupi Flek Hitam, Cocok Untuk Acara Seharian
- 10 Sepatu Jalan Kaki Terbaik dan Nyaman dari Brand Lokal hingga Luar Negeri
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- 23 Kode Redeem FC Mobile 6 November: Raih Hadiah Cafu 113, Rank Up Point, dan Player Pack Eksklusif
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
MEDC Kini Bagian dari OGMP 2.0, Apa Pengaruhnya
-
Industri Pelayaran Ikut Kontribusi ke Ekonomi RI, Serap Jutaan Tenaga Kerja
-
Emiten CGAS Torehkan Laba Bersih Rp 9,89 Miliar Hingga Kuartal III-2025
-
Grab Akan Akuisisi GoTo, Danantara Bakal Dilibatkan
-
ESDM Kini Telusuri Adanya Potensi Pelanggaran Hukum pada Longsornya Tambang Freeport
-
Industri Biomassa Gorontalo Diterpa Isu Deforestasi, APREBI Beri Penjelasan
-
BEI Umumkan IHSG Sentuh All Time High Pekan Ini
-
Apakah Indonesia Pernah Redenominasi Rupiah? Purbaya Mau Ubah Rp1.000 Jadi Rp1
-
SVLK Jadi Benteng Hukum Lawan Tuduhan Deforestasi Biomassa di Gorontalo
-
Terminal IC Bandara Soekarno-Hatta Kembali Beroperasi 12 November, Khusus Penerbangan Citilink