- Bahlil Lahadalia mengatakan Indonesia harus kehilangan devisa sebesar Rp 776 triliun setiap tahunnya.
- Kebocoran devisa ini disebabkan oleh masifnya impor minyak mentah untuk menutupi kesenjangan antara produksi dan konsumsi dalam negeri.
- Presiden Prabowo mendorong terwujudnya kedaulatan dan kemandirian energi nasional.
Suara.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa Indonesia kehilangan devisa sebesar Rp 776 triliun setiap tahunnya. Kebocoran devisa ini disebabkan oleh masifnya impor minyak mentah untuk menutupi kesenjangan antara produksi dan konsumsi dalam negeri.
Bahlil memaparkan, produksi minyak siap jual (lifting) dalam negeri saat ini hanya mencapai sekitar 580 ribu barel per hari, sementara konsumsi nasional mencapai 1,6 juta barel per hari. Untuk menambal kekurangan tersebut, Indonesia terpaksa harus mengimpor sekitar 1 juta barel minyak setiap harinya.
"Dari 2008 sampai dengan 2024, target APBN itu tidak pernah kita capai di dalam lifting. Turun terus. Makanya kita impor 1 juta barel per hari," kata Bahlil dalam acara Investor Daily Summit di Jakarta, Kamis (9/10/2025).
"Dan di situlah devisa kita hilang setiap tahun kurang lebih sekitar Rp 776 triliun."
Oleh karena itu, menurut Bahlil, Presiden Prabowo Subianto mendorong terwujudnya kedaulatan dan kemandirian energi nasional. Tujuannya adalah agar seluruh kebutuhan energi dalam negeri dapat dipenuhi secara mandiri.
"Agar apa? Seluruh kebutuhan dalam negeri kita, bisa kita penuhi. Dan uang kita tidak perlu keluar ke luar negeri. Ini juga bagian salah satu instrumen untuk memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar," kata Bahlil.
Untuk mencapai target tersebut, Bahlil menyebut pemerintah tengah menyiapkan dua strategi utama:
1. Optimalisasi Sumur Minyak yang Ada: Pemerintah akan mengoptimalkan sekitar 40.000 sumur minyak yang sudah ada di Indonesia dengan intervensi teknologi, salah satunya melalui Enhanced Oil Recovery (EOR).
2. Eksekusi Wilayah Kerja Baru: Mempercepat eksekusi lebih dari 300 wilayah kerja yang sudah selesai tahap eksplorasi dan telah memiliki Plan of Development (POD).
Baca Juga: Izin 190 Perusahaan Tambang Dibekukan, Bahlil: Hutan Rusak, Siapa Tanggung Jawab?
"Kita harus intervensi dengan teknologi... Yang kedua adalah sumur-sumur atau wilayah-wilayah kerja yang sudah selesai dieksplorasi... itu harus segera dieksekusi," ujar Bahlil.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Matic untuk Keluarga yang Irit BBM dan Murah Perawatan
- 58 Kode Redeem FF Terbaru Aktif November 2025: Ada Item Digimon, Diamond, dan Skin
- 5 Rekomendasi Mobil Kecil Matic Mirip Honda Brio untuk Wanita
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Sunscreen Wardah Untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Bantu Atasi Tanda Penuaan
Pilihan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah Tahan Seharian Tanpa Cas, Cocok untuk Gamer dan Movie Marathon
-
5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
-
Hari Ini Bookbuilding, Ini Jeroan Keuangan Superbank yang Mau IPO
-
Profil Superbank (SUPA): IPO Saham, Harga, Prospek, Laporan Keuangan, dan Jadwal
-
Jelang Nataru, BPH Migas Pastikan Ketersediaan Pertalite Aman!
Terkini
-
Operasional KRL Sampai Jam Berapa di Malam Tahun Baru? Simak Jadwalnya
-
Aguan dan Salim Mau Ciptakan Kawasan Bisnis Tepi Laut
-
Meski Banyak Tekanan Pasar Properti Tetap Tumbuh, Didukung Kebijakan Pemerintah
-
OJK: Minat Investor Asing ke Sektor Perbankan Masih Tinggi, Ini Faktornya
-
APINDO Ingatkan Pemerintah Tak Ulangi Kekacauan Penetapan UMP Tahun Lalu: Harus Pakai Formula!
-
Harga Emas Kompak Naik! Cek Rincian Terbaru Logam Mulia di Pegadaian Hari Ini
-
Riset: 77 Persen UMKM Masih Lakukan Pencatatan Keuangan Secara Manual
-
Gaji Petani Kakao Indonesia Bisa Tembus Rp 10 Juta per Bulan, Ini Rahasianya
-
Premini: Akun Keuangan Digital Terverifikasi untuk Remaja 13 - 17 Tahun Hasil Inovasi DANA
-
Faber Instrument Hadirkan Inovasi Audio Kayu Jati Melalui Ekosistem BRI UMKM EXPO(RT)