Bisnis / Energi
Kamis, 16 Oktober 2025 | 18:33 WIB
Pasokan Avtur untuk keberangatan Hajj Flight di Bandara Adi Sumarmo, Kabupaten Boyolali. [Dok Pertamina]
Baca 10 detik
  • Pemerintah siapkan regulasi implementasi SAF mulai 1% tahun 2026.

  • SAF berbasis minyak jelantah adalah solusi limbah bernilai ekonomi tinggi.

  • Pertamina Patra Niaga raih sertifikasi global untuk rantai pasok SAF.

Suara.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), membeberkan peta jalan atau roadmap dalam pengembang bahan bakar avtur dengan minyak jelanyan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF).

Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Edi Wibowo, mengatakan pengembangan SAF merupakan langkah nyata dalam roadmap transisi energi nasional menuju Net Zero Emission 2060.

"Saat ini juga sedang disusun regulasi penahapan implementasi SAF, yang diusulkan dapat dimulai tahun 2026 dengan tahap awal implementasi sebesar 1 persen mengacu pada mekanisme mass balance melalui sertifikasi rantai suplai (skema CORSIA) untuk penerbangan internasional dari Jakarta (CGK) dan Denpasar (DPS)." ujar Edi dalam Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) Forum 2025, di Jakarta, Kamis (16/10/2025).

Ia menambahkan, pemerintah telah menyiapkan peta jalan yang nantinya secara bertahap meningkat hingga 5 persen pada 2035.

"Inisiatif seperti Pertamina SAF Forum 2025 menjadi momentum penting untuk menyatukan langkah seluruh pihak dalam membangun rantai pasok SAF yang terintegrasi di Indonesia. Keberhasilan implementasi ini tentu membutuhkan dukungan kuat dari seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah, sektor swasta, industri energi, maupun maskapai," jelasnya.

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, menambahkan, Pertamina mempersiapkan segala hal untuk mempersiapkan implementasi SAF. Mulai dari pengumpulan bahan baku, penyimpanan, hingga penyediaan bahan bakar bagi maskapai penerbangan.

Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra. [ist].

"Indonesia memiliki keunggulan sebagai salah satu penghasil minyak jelantah terbesar, dan SAF menjadi solusi untuk mengubah limbah sehari-hari menjadi energi berkelanjutan yang bernilai ekonomi sekaligus mendukung masa depan yang lebih hijau," kata Mars Ega.

Pertamina Patra Niaga telah menempuh perjalanan panjang dalam pengembangan SAF. Pada 2024, perusahaan meraih sertifikasi ISCC CORSIA dan ISCC EU untuk Aviation Fuel Terminal di Bandara Soekarno-Hatta dan Ngurah Rai, menandai kepatuhan terhadap standar keberlanjutan global serta menjadi pelopor di Asia Tenggara.

Pada 2025, Pertamina Patra Niaga juga sukses memasok SAF berbasis minyak jelantah produksi dalam negeri dari PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) untuk Pelita Air di Bandara Soekarno-Hatta, serta memperluas sertifikasi ISCC CORSIA dan ISCC EU ke Aviation Fuel Terminal di Bandara Halim Perdanakusuma.

Baca Juga: Ekonom Beberkan Dampak Kebijakan Legalisasi Sumur Minyak Rakyat

Adapun, Forum ini menjadi ajang kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, pelaku industri energi, maskapai penerbangan, produsen pesawat, serta lembaga sertifikasi nasional dan internasional untuk mempercepat pengembangan dan implementasi Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia. Kegiatan ini terselenggara dengan dukungan Indonesia National Air Carriers Association (INACA) dan Board of Airline Representatives-Indonesia (BARINDO).

Load More