Bisnis / Inspiratif
Kamis, 23 Oktober 2025 | 23:53 WIB
Listrik kini menerangi rumah warga di ujung negeri. (Dok: PLN)

Suara.com - Di Distrik Anggi, Pegunungan Arfak, Papua Barat, matahari turun lebih cepat dari daerah biasanya. Dulu ketika senja terbenam, aktivitas warga pun turut berhenti. Gelap menelan jalan setapak dan satu-satunya cahaya hanya mengandalkan sinar rembulan dan lampu minyak yang berasap. Tapi, malam itu berbeda, rumah-rumah kayu di lereng pegunungan telah memancarkan cahaya hasil dari aliran air yang diolah menjadi listrik oleh Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Anggi. Warga bersorak gembira, berlarian di depan rumah sambil menatap cahaya yang baru mereka kenal yaitu “Listrik”.

Bagi masyarakat di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal), listrik bukan hanya soal penerangan, listrik adalah awal dari perubahan besar yang selama ini mereka nantikan. Ketika arus listrik mengalir, industri akan berputar, rumah sakit dapat beroperasi, dan pelajar bisa belajar dari rumah. 

Listrik menjadi jembatan antara keterpencilan dan kemajuan. Arus yang mengalir di kabel-kabel kecil itu bukan sekadar energi, melainkan harapan bahwa setiap sudut negeri, seberapapun jauhnya di sana punya kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang.

Piti Inyomusi, salah satu warga Anggi mengaku masih ingat betul ketika bola lampu di rumahnya nyala untuk pertama kali. Kini, anak-anak dapat belajar lebih lama di malam hari. Mereka tak lagi mengantuk karena belajar di bawah lampu minyak. Ia berharap, anak-anak Anggi dapat bersaing dengan anak-anak di distrik lain.

“Dengan lampu seperti ini, anak-anak kami bisa belajar, pintar, bersaing dengan distrik lain. Terima kasih, kami tetap NKRI,” tutur Piti Inyomusi.

Cerita serupa juga datang ratusan kilometer dari Papua Barat, di Desa Bandar Jaya, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Salah seorang warga bernama Ruslan mengatakan, untuk pertama kalinya, rumahnya terang benderang tanpa suara dengung genset karena listrik telah mengubah segalanya. Anak-anaknya yang dulu belajar dengan lampu redup dan istrinya yang harus berhenti menjahit karena bahan bakar habis, kini listrik mengubah segalanya. 

“Sebelumnya saya pakai genset. Enam jam satu liter bensin, jadi jam sepuluh malam sudah gelap lagi, anak-anak bisa belajar sampai malam, istri bisa menjahit tanpa terburu-buru, saya bisa istirahat dengan tenang,” ucap Ruslan.

Baginya, listrik bukan sekadar sumber cahaya yang mengusir gelap, namun tanda dimulainya babak baru dalam hidup, sesuatu yang dulu hanya bisa ia bayangkan dari cerita orang kota. Ketika lampu di rumahnya untuk pertama kali menyala, ada rasa haru yang menyelimuti dan sulit dijelaskan. Cahaya itu bukan hanya menerangi ruangan, namun menyalakan harapan bahwa hari esok bisa lebih baik dari hari kemarin.

Dari deru air di Pegunungan Arfak hingga senyum Ruslam di Musi Banyuasin merupakan wujud nyata program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) dan Listrik Desa (Lisdes). Kedua program tersebut menjadi penopang utama perubahan di dua ujung negeri itu. Melalui program inilah pemerintah berkomitmen mewujudkan keadilan energi: menghadirkan listrik bagi semua tanpa terkecuali.

Menjelang peringatan Hari Listrik Nasional (HLN) yang ke-80 pada 27 Oktober, PLN juga menggagas program baru yang bertajuk “Berbagi Cahaya, Menumbuhkan Harapan”. Program ini merupakan wujud kepedulian PLN terhadap masyarakat prasejahtera di berbagai daerah.  Bantul menjadi lokasi pembuka rangkaian program ini, yang nantinya akan menyasar lebih dari 8.000 keluarga prasejahtera di seluruh Indonesia.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menegaskan bahwa bantuan sambungan listrik ini merupakan bagian dari upaya PLN untuk mewujudkan energi berkeadilan bagi seluruh lapisan masyarakat. Inisiatif ini lahir dari semangat PLN untuk memastikan setiap rumah di Indonesia dapat merasakan manfaat terang, tanpa ada yang tertinggal. Tak hanya itu, program ini tentunya juga sejalan dengan arahan Presiden dan Menteri ESDM.

“Bagi saudara-saudara kita yang belum berkecukupan, listrik sebenarnya sudah tersedia di depan rumah, tiang dan kabel berdiri, jaringan siap. Namun keterbatasan biaya membuat mereka belum mampu melakukan sambungan baru. Melalui program ini, PLN hadir menjembatani jarak antara ketersediaan dan kemampuan agar seluruh masyarakat dapat menikmati listrik,” ujar Darmawan.

Darmawan menegaskan bahwa kolaborasi antara PLN dan Pemerintah Daerah menjadi kunci utama dalam memperluas akses listrik serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh pelosok negeri.

“Ini bukan hanya investasi untuk dunia, tapi juga untuk akhirat. Dari lubuk hati terdalam, kami bekerja siang malam agar seluruh rakyat Indonesia bisa merasakan manfaat listrik,” tegasnya.

Dengan adanya listrik, perubahan besar dapat terjadi. Taraf hidup akan meningkat, ekonomi akan tumbuh, serta lapangan kerja baru akan tercipta. 

Load More