-
Hilirisasi adalah "mantra" Indonesia keluar dari resource curse.
-
Negara kaya SDA tanpa industrialisasi akan menjadi negara kutukan.
-
Ekspor nikel melonjak dari USD 3,3 miliar menjadi USD 34 miliar.
Suara.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia mengungkap bahwa hilirisasi menjadi salah satu "mantra" bagi Indonesia untuk keluar dari resource curse atau kutukan bagi negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah.
Pada agenda 'Sarasehan 100 Ekonom Indonesia 2025' yang digelar Institute for Development of Economics and Finance, Bahlil menjelaskan dalam berbagai pandangan pakar ekonomi, kekayaan alam yang dimiliki suatu negara dapat menjadi kutukan jika tidak dikelola dengan baik.
"Tidak ada sebuah negara yang punya sumber daya alam yang banyak yang sekarang menjadi negara berkembang untuk menjadi negara maju, kalau tanpa ada industrialisasi dan hilirisasi. Kalau tidak, kita menjadi negara kutukan sumber daya alam," kata Bahlil di Jakarta pada Selasa (28/10/2025).
Resource curse sendiri merujuk pada sebuah paradok, ketika suatu negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, tapi di sisi lain mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan.
Bahlil pun menggambarkan bagaimana hilirisasi berdampak terhadap perekonomian nasional. Salah satunya hilirisasi nikel. Pada periode 2017-2018 nilai ekspornya hanya USD 3,3 miliar. Belakangan mengalami pertumbuhan, setelah program hilirisasi dijalankan.
"Yang terjadi pada 2023-2024, begitu kita membangun hilirisasi, itu ekspor kita sudah mencapai USD 34 miliar," kata Bahlil.
Namun demikian, saat awal program itu dijalankan, Bahlil mengakui menemukan persoalan. Hal itu menurunya karena program yang disusun tidak by design yang akhirnya menyebabkan ketidakadilan.
"Tiba saat, tiba akal. Tidak disiapkan. Tidak dipersiapkan dengan baik. Dimana tidak adilnya? Pertama, di China, di Korea, di Jepang, orang membangun hilirisasi itu ada keterlibatan negara. Ada institusinya yang langsung cantolan. Kayak di China itu langsung dibawa PM. Di Korea itu dibawa Menteri Bappenas-nya," tutur Bahlil.
Sementara di Indonesia, program hilirisasi tidak terdapat lembaga yang menaunginya. Belakangan pemerintah membentuk Badan Koordinasi Penanaman Modal atau Kementerian Investasi dan Hilirisasi.
Baca Juga: Bahlil Sindir SPBU Swasta Soal BBM Etanol: Jangan Dikira Kita Tidak Paham
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Kemenperin Mau Stop Impor, Dana Belanja Pemerintah Hanya untuk TKDN Tinggi
-
Rendahnya Utilitas vs Banjir Impor: Menperin Ungkap Tantangan Industri Keramik Nasional
-
Kerugian Akibat Bencana di Aceh Timur Capai Rp5,39 Triliun, Berpotensi Bertambah
-
Apa Itu De-Fi atau Decentralized Finance? Ini Penjelasan Lengkapnya
-
IPO SpaceX Ditargetkan 2026, Valuasinya 28 Kali Lebih Besar dari BBCA
-
Di Balik Aksi Borong Saham Direktur TPIA, Berapa Duit yang Dihabiskan?
-
Berkat Pemberdayaan BRI, Batik Malessa Ubah Kain Perca hingga Fashion Premium
-
BSU Guru Kemenag Cair! Ini Cara Cek Status dan Pencairan Lewat Rekening
-
Update Harga Sembako: Cabai dan Bawang Merah Putih Turun, Daging Sapi Naik
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen