- Rupiah sore Rabu (26/11/2025) melemah tipis 0,07% ke Rp 16.668 per dolar AS menurut data Bloomberg.
- Pelemahan rupiah dipicu pesimisme pasar terhadap kebijakan ekonomi Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.
- Faktor eksternal seperti perlambatan ekonomi AS dan prospek pemangkasan suku bunga The Fed memengaruhi rupiah.
Suara.com - Nilai tukar rupiah berbalik melemah pada penutupan sore ini. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp 16.668 dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu sore (26/11/2025) melemah tipis 0,07 persen dibanding penutupan pada Selasa kemarin.
Sedangkan, kurs rupiah berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia di level Rp16.667.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah ini disebabkan antara lain oleh pasar yang pesimistis melihat jarak target dan kebijakan ekonomi yang digawangi oleh Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.
Ibrahim menerangkan para ekonom melihat target pertumbuhan ekonomi 6 persen dari Purbaya masih realistis. Tapi pencapaiannya membutuhkan perubahan pendekatan analisa ekonomi, terutama dalam cara negara menggerakkan aktivitas ekonomi.
"Pertumbuhan 6 persen itu bukan mimpi. Tetapi memerlukan perubahan cara pandang yang fundamental terhadapbagaimana kebijakan fiskal–moneter bekerja dan bagaimana ekonomi didorong," bebernya.
Selain itu, langkah penempatan dana pemerintah di perbankan mulai terlihat hasilnya, namun masih jauh dari optimal.
Untuk membawa perekonomian Indonesia naik kelas, kebijakan yang sudah ada harus ada pendorong tambahan. Ada beberapa langkah kunci yang harus diambil. Salah satunya dilakukannya reformasi pasar tenaga kerja dan dukungan pada industri dalam negeri.
Kemudian, langkah menertibkan impor barang-barang ilegal atau yang disebut thrifting, sudah tepat untuk melindungi industri dalam negeri. Pemberian insentif pajak bagi perusahaan yang membuka lapangan pekerjaan baru.
Sementara itu, dari sisi eksternal, perlambatan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat juga berpengaruh pada rupiah, khususnya terlihat dari ditundanya rilis data perekonomian negara adidaya tersebut.
Baca Juga: Rupiah Masuk Zona Hijau Lawan Dolar Amerika, Terangkat Sentimen Ini
Belum lagi meningkatnya keyakinan pasar global bahwa bank sentral AS, The Fed akan memangkas suku bunga acuan dalam waktu dekat.
Faktor lain adalah tersendatnya perundingan damai Rusia - Ukraina yang tidak mengurangi ketidakpastian ekonomi global.
"Ada risiko geopolitik dan prospek penurunan suku bunga The Fed pada bulan Desember," kata Ibrahim.
Berita Terkait
-
Rupiah Lanjutkan Tren Penguatan, Bikin Dolar Amerika Tertekan
-
Rupiah Meroket Hari Ini, Ini 2 Faktor Rahasia yang Bikin Dolar AS Babak Belur
-
Rupiah Makin Perkasa Lawan Dolar AS, Ini Obat Kuatnya
-
IMF Puji Perekonomian Indonesia, Rupiah Ditutup Menguat Senin Sore
-
Rupiah Mulai Kembali Pulih Lawan Dolar AS di Level Rp16.707
Terpopuler
- 7 Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Sports Station, Mulai Rp100 Ribuan
- Petugas Haji Dibayar Berapa? Ini Kisaran Gaji dan Jadwal Rekrutmen 2026
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Shio Paling Beruntung Besok 25 November 2025, Cuan Mengalir Deras
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
Terkini
-
CGPI Award 2025: PT Pegadaian Sukses Pertahankan Predikat Most Trusted Company
-
Jelang Nataru, Pertamina Pastikan Stok Energi Aman
-
Melihat Lebih Dekat Pembangunan Jembatan Kaca Terpanjang di Indonesia
-
Upah Magang Nasional Tahap 1 Cair, Airlangga: Alhamdulillah Sudah Dibayar!
-
Prabowo Disebut Lagi Bersih-bersih Konglomerat Hitam Migas, Mau Rebut Kendali Sumber Daya
-
WIKA Bicara Keuntungan Jika BUMN Karya Jadi Merger
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Shell Akan Kembali Garap 5 Blok Migas Indonesia
-
Dukung Asta Cita, BRI Dorong Pertumbuhan Inklusif lewat Penyaluran KUR Senilai Rp147,2 Triliun
-
Impor Pertalite Capai 60 persen dari Kebutuhan 39 Juta kl per Tahun