Bisnis / Keuangan
Rabu, 26 November 2025 | 19:28 WIB
Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa saat konferensi pers di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Jumat (14/11/2025). [Suara.com/Dicky Prastya]
Baca 10 detik
  • Rupiah sore Rabu (26/11/2025) melemah tipis 0,07% ke Rp 16.668 per dolar AS menurut data Bloomberg.
  • Pelemahan rupiah dipicu pesimisme pasar terhadap kebijakan ekonomi Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.
  • Faktor eksternal seperti perlambatan ekonomi AS dan prospek pemangkasan suku bunga The Fed memengaruhi rupiah.

Suara.com - Nilai tukar rupiah berbalik melemah pada penutupan sore ini. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp 16.668 dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu sore (26/11/2025) melemah tipis 0,07 persen dibanding penutupan pada Selasa kemarin.

Sedangkan, kurs rupiah berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia di level Rp16.667.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah ini disebabkan antara lain oleh pasar yang pesimistis melihat jarak target dan kebijakan ekonomi yang digawangi oleh Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.

Ibrahim menerangkan para ekonom melihat target pertumbuhan ekonomi 6 persen dari Purbaya masih realistis. Tapi pencapaiannya membutuhkan perubahan pendekatan analisa ekonomi, terutama dalam cara negara menggerakkan aktivitas ekonomi.

"Pertumbuhan 6 persen itu bukan mimpi. Tetapi memerlukan perubahan cara pandang yang fundamental terhadapbagaimana kebijakan fiskal–moneter bekerja dan bagaimana ekonomi didorong," bebernya.

Selain itu, langkah penempatan dana pemerintah di perbankan mulai terlihat hasilnya, namun masih jauh dari optimal.

Untuk membawa perekonomian Indonesia naik kelas, kebijakan yang sudah ada harus ada pendorong tambahan. Ada beberapa langkah kunci yang harus diambil. Salah satunya dilakukannya reformasi pasar tenaga kerja dan dukungan pada industri dalam negeri.

Kemudian, langkah menertibkan impor barang-barang ilegal atau yang disebut thrifting, sudah tepat untuk melindungi industri dalam negeri. Pemberian insentif pajak bagi perusahaan yang membuka lapangan pekerjaan baru.

Sementara itu, dari sisi eksternal, perlambatan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat juga berpengaruh pada rupiah, khususnya terlihat dari ditundanya rilis data perekonomian negara adidaya tersebut.

Baca Juga: Rupiah Masuk Zona Hijau Lawan Dolar Amerika, Terangkat Sentimen Ini

Belum lagi meningkatnya keyakinan pasar global bahwa bank sentral AS, The Fed akan memangkas suku bunga acuan dalam waktu dekat.

Faktor lain adalah tersendatnya perundingan damai Rusia - Ukraina yang tidak mengurangi ketidakpastian ekonomi global.

"Ada risiko geopolitik dan prospek penurunan suku bunga The Fed pada bulan Desember," kata Ibrahim.

Load More