Bisnis / Keuangan
Jum'at, 28 November 2025 | 09:52 WIB
Petugas menunjukkan mata uang Rupiah dan Dolar AS di tempat penukaran uang Dolar Indo, Jakarta, Kamis (20/10/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]
Baca 10 detik
  • Rupiah melemah 0,03 persen pada Jumat (27/11/2025) dibuka di level Rp16.641 per dolar AS berdasarkan data Bloomberg.
  • Mata uang Asia lainnya menunjukkan fluktuasi; Won Korea melemah terdalam sementara Ringgit Malaysia menguat terbesar.
  • Pergerakan rupiah dipengaruhi sentimen global mengenai The Fed dan isu domestik seperti bencana serta kebijakan upah 2026.

Suara.com - Nilai tukar rupiah alami pelemahan pada pembukaan hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah di pasar Jumat (27/11/2025) dibuka di level Rp16.641 dolar Amerika Serikat (AS).

Alhasil, rupiah melemah 0,03 persen dibanding penutupan pada Kamis yang berada di level Rp 16.636 per  dolar AS.  

Selain itu, beberapa mata uang asia menunjukkan fluktuatif terhadap dolar.  

Salah satunya, won Korea Selatan menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam setelah anjlok 0,12 persen.

Disusul dolar Taiwan yang terkoreksi 0,05 persen dan yen Jepang tergelincir 0,03% persen. Diikuti, dolar Hongkong yang turun 0,01 persen persen.

Petugas salah satu tempat penukaran mata uang asing menunjukkan uang rupiah dan dolar AS, Jakarta, Selasa (14/1/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]

Berikutnya yuan China yang melemah tipis 0,00 persen terhadap the greenback pada pagi ini. Sedangkan ringgit Malaysia menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah melonjak 0,1 persen.

Kemudian ada dolar Singapura dan baht menguat 0,02 persen. Lalu peso Filipina yang sedikit menguat 0,03 persen.

Dalam hal ini,  pergerakan rupiah akan dipengaruhi beberapa faktor global maupun domestik. Berdasarkan laman Samuel Sekuritas, beberapa sentimen global seperti rencana pergantian Gubernur The Fed dan kondisi makro AS termasuk prospek penurunan suku bunga acuan masih membayangi pergerakan rupiah hari ini. 

Selain itu, tekanan  juga datang dari respons bencana di beberapa daerah yang dapat mempengaruhi beban fiskal ke depan. Biaya penanganan iklim juga menjadi satu beban fiskal yang dapat membebani kas negara. 

Baca Juga: Waduh, NIlai Tukar Rupiah Diramal Tembus Rp16.800 di Akhir Tahun

Apalagi, kondisi domestik terkait impor ilegal, dan kepatuhan aturan penerbangan yang mengindikasikan kebutuhan koordinasi lintas pemangku kepentingan. 

Di sisi lain, pasar juga menantikan rilis kebijakan upah 2026 yang tertunda. Pengumuman ini akan menjadi katalis untuk menaikkan indeks keyakinan konsumen yang sempat turun pada bulan September dan naik tipis pada Oktober silam. 

Load More