- Survei Inventure-Alvara 2025 menunjukkan 61 persen konsumen mengurangi kebutuhan pokok demi membeli produk viral premium.
- Perilaku konsumen ini mencerminkan strategi konsumen hemat yang mengalihkan belanja untuk kepuasan emosional dan sosial.
- Pelaku industri harus fokus pada produk gaya hidup dan viral karena kebutuhan pokok bukan lagi prioritas utama pengeluaran.
Suara.com - Tekanan ekonomi berkepanjangan tidak hanya membuat konsumen lebih waspada, tetapi juga menggeser prioritas belanja mereka secara drastis.
Survei Inventure–Alvara 2025 yang melibatkan 589 responden menunjukkan fenomena, di mana 61 persen konsumen rela mengurangi pembelian kebutuhan pokok demi membeli produk baru atau premium yang tengah viral, sementara 39 persen lainnya memilih tetap mempertahankan pola belanja dasar.
Temuan ini menggambarkan realitas baru di tengah dormant economy. Meskipun hidup dalam tekanan finansial, konsumen tetap mencari ruang untuk memenuhi kebutuhan emosional, sosial, hingga aspiratif.
Produk viral dinilai memberikan nilai tambah, baik lewat kualitas yang dianggap lebih tahan lama maupun melalui citra status, pengalaman, dan keterhubungan sosial di media digital.
Managing Partner Inventure, Yuswohady, menjelaskan bahwa perilaku tersebut sejalan dengan evolusi cara berpikir konsumen hemat.
"Frugal consumer tidak sekadar mengencangkan ikat pinggang, mereka mengalihkan belanja ke kategori yang memberikan reward emosional dan sosial. Kebutuhan pokok bisa ditunda, tetapi kebutuhan untuk tetap merasa relevan dan up-to-date dianggap lebih meaningful," ujarnya kepada wartawan, Rabu (10/12/2025).
Perubahan prioritas ini menunjukkan karakter utama Frugal Consumer, yakni tidak menghentikan konsumsi, tetapi menerapkan strategi realokasi.
Pos belanja rutin yang dianggap kurang meaningful ditekan, sementara pembelian yang memberikan value, utility, atau status boost justru dinaikkan, meski harga barang tersebut lebih tinggi.
Fenomena tersebut menjadi sinyal penting bagi pelaku industri ritel. Komoditas kebutuhan pokok tidak lagi otomatis menjadi kewajiban pengeluaran.
Baca Juga: Survei BI: Indeksi Keyakinan Konsumen Meningkat, Prospek Ekonomi Cerah?
Sebaliknya, kategori gaya hidup atau lifestyle, produk premium, dan tren berbasis viral justru semakin memiliki daya tarik di kalangan konsumen, meski situasi ekonomi belum sepenuhnya pulih.
Di tengah ketidakpastian dan tekanan hidup, konsumen tampak mencari kompensasi emosional untuk menjaga rasa kendali dan penghargaan diri.
"Produk viral memberi ruang bagi mereka untuk merasakan reward, walau harus memangkas belanja kebutuhan lainnya," ucapnya.
Dengan kata lain, konsumen memang berhemat, tetapi mereka berhemat secara selektif. Banyak hal ditunda, kecuali apa yang membuat mereka merasa berdaya, relevan, dan tetap terkoneksi dengan dinamika sosial di sekitarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
IPOT Ungkap Email-OTP Biang Kerok Pembobolan Akun Investor Pasar Modal
-
Hashim Djojohadikusumo Nyemplung ke Aset Digital: Arsari Group Resmi Jadi Pemegang Saham COIN!
-
ESDM Pede Lifting Minyak Tahun ini Bisa Lampaui Target 610 Ribu Barel
-
Penjualan Eceran Diprediksi Melejit di November 2025, Apa Pemicunya?
-
INET Tancap Gas, Target Harga Saham Meroket: Efek Ekspansi Rp4,2 Triliun?
-
Wamentan Sudaryono Promosikan Peluang Investasi Pertanian ke Rumania, Indonesia Swasembada Beras
-
Ribut Saham Gorengan, Insentif Pasar Modal untuk Apa?
-
Disegel dan Jadi Penyebab Banjir, PTPN III Ternyata Berniat Tambah 59 Ribu Hektar Lahan Sawit
-
Mandat Digitalisasi Negara: BUMN Ini Dianggap Punya 'Privilege' Bisnis Masa Depan!
-
Tambang Emas Terafiliasi ASII di Sumut Disegel, KLH Soroti Potensi Pidana