Suara.com - Setelah wacana Liga Super Eropa runtuh, perjuangan menuntut sistem kompetisi sepakbola yang lebih adil terus berlanjut. Ilkay Gundogan kini secara terbuka mengkritik UEFA terkait format baru Liga Champions.
Gelandang Manchester City itu merasa tidak senang dengan apa yang ditawarkan UEFA. Format baru Liga Champions yang akan berlaku pad 2024 dianggapnya mengorbankan para pemain.
Format baru ini menggunakan "Model Swiss" yang wacananya sudah lama digaungkan UEFA. Jumlah tim juga bertambah dari 32 menjadi 36.
Perubahan itu membuat 36 tim peserta tidak akan lagi terbagi dalam grup berisi empat tim. Mulai 2024-2025, seluruh tim akan bermain di satu liga.
Perubahan itu 'memaksa' setiap tim memainkan 10 pertandingan di fase grup. Jumlah itu lebih banyak empat laga dari format saat ini.
Secara keseluruhan, format baru Liga Champions membuat jumlah bertandingan bertambah secara signifikan, dari 125 menjadi 225 laga.
Kondisi itu membuat Gundogan merasa format baru Liga Champions sangat merugikan bagi para pemain karena dipaksa menjalani pertandingan lebih banyak.
“Dengan semua hal yang terjadi di Liga Super [Eropa] yang sedang berlangsung, bisakah kami juga berbicara tentang format Liga Champions yang baru?" tulis Gundogan di Twitter, sebagaimana dikutip Mirror, Jumat (23/4/2021).
“Semakin banyak game, tidak ada yang memikirkan kami para pemain? Format UCL baru hanya lebih rendah dari dua kejahatan dibandingkan dengan Liga Super [Eropa]."
Baca Juga: Simak 7 Fakta Menarik Ini Usai Duel Aston Villa vs Man City
Menurut gelandang Timnas Jerman itu, format baru Liga Champions justru lebih buruk dari format saat ini yang dianggapnya sangat ideal dalam hal jumlah pertandingan dan keseruan kompetisi.
“Format UCL sekarang bekerja dengan baik dan itulah mengapa ini kompetisi klub paling populer di dunia - untuk kami para pemain dan untuk
penggemar," tutur Gundogan.
Kata-kata Gundogan mendapat tanggapan yang sangat positif di media sosial, dengan Gary Neville me-retweet pernyataan itu dan sejumlah pendukung menyatakan persetujuan mereka dengan sentimen tersebut.
Berita Terkait
-
Presiden Barcelona: European Super League Mutlak Dibutuhkan
-
Stephanie Frappart, Wasit Perempuan Pertama di Piala Eropa
-
Tak Punya Dasar Hukum, UEFA Nekat Tendang Real Madrid dari Liga Champions
-
De Bruyne Kemungkinan Bisa Perkuat Man City di Final Piala Liga Inggris
-
Lupakan Liga Super Eropa, Man City Fokus Kejar Trofi Liga Inggris
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Terkuak! Gaji John Herdman Lebih Murah dari STY dan Patrick Kluivert, Bak Langit dan Bumi
-
Shin Tae-yong: Asnawi Mangkualam Kapten Asli Timnas Indonesia
-
Gelandang Inter Pilih Kejar Scudetto daripada Mimpi ke Piala Dunia 2026
-
John Herdman Batal Latih Timnas Indonesia, Pilih Berlabuh ke Honduras?
-
Jay Idzes Bisa Disikut Rekan Sendiri, Rencana Pindah ke AC Milan Gagal Total?
-
Bukan Arsenal atau City, Jamie Carragher Sebut Pemain Ini Bisa Ubah Peta Juara Premier League
-
Vinicius Jr Murka! Real Madrid Gagal Dapat Penalti, Kinerja Wasit Dikritik Keras
-
Calon Pelatih Timnas Indonesia Jadi Korban Penghakiman Sepihak
-
Kapten Malut United Sebut Kemenangan atas Persib Bandung Sebagai Kado Ulang Tahun Pelatih
-
Indra Sjafri Konfirmasi Ada Evaluasi Tim Kepelatihan Timnas U-22 Usai Gagal Total di SEA Games 2025