Suara.com - Liga Palestina berbeda dari kompetisi sepak bola lain. Liga Primer Palestina terbagi dua, Liga Primer Tepi Barat dan Liga Primer Jalur Gaza.
Jalur Gaza menjadi titik meruncingnya konflik Palestina-Israel yang terjadi sejak 1967, wilayah yang berhadapan langsung dengan Laut Mediterania.
Wilayah Gaza diambil alih kelompok Hamas di Palestina pada 2007 silam, situasi di kedua negara hingga saat ini masih memanas.
Meski begitu, sepak bola Palestina tetap berkembang dan bahkan menempati peringkat ke-94 dari 215 negara, selain di jalur Gaza juga di wilayah seberang Israel, West Bank.
Kedua wilaya ini memiliki kompetisi masing-masing, di tengah masifnya konflik politis yang terjadi antarkedua negara.
Gaza StrpPremier League (Liga Primer Jalur Gaza) dan West Bank Premier League (Liga Primer Tepi Barat), keduanya berjalan beriringan di tengha konflik.
Hingga nantinya di akhir musim, juara masing-masing kompetisi tersebut akan bertanding di partai final Piala Palestina.
Di mana gelar juara tersebut tak hanya diperebutkan untuk status, melainkan tiket menuju Kualifikasi Liga Champions Asia.
Meskipun konflik politis antarkedua negara yang terjadi bukan tanpa dampak, pergerakan klub Palestina yang ingin menyebrang ke wilayah lain dibatasi.
Baca Juga: Olimpiade 2024 Bisa Jadi Panggung Pemain Timnas Indonesia U-20 Usai Batal Tampil di Piala Dunia U-20
Dampak ini pernah dirasakan kontestan Liga Primer Jalur Gaza, Khadamat Rafah saat akan bertanding melawan Markas Balata, kontestan Liga Primer Tepi Barat.
Final Piala Palestina pada 2019 yang saat itu kedua tim hanya berjarak 5 kilometer saja, laga ini sempat terhalang blokade tentara Israel.
Sementara pihak penghubung Israel dan Palestina tak memberi izin pemain Khadamat untuk bisa menembus wilayah Nabius, tepi barat Gaza.
Aksi terorisme disebut sebagai alasan tentara Israel tak memberi izin, hal ini membuat Palestina harus merelakan kesempatan bermain di Liga Champions Asia.
Buntut dari kejadian tersebut tak sampai di situ, Kepala Asosiasi FIFA Palestina, Jibril Rajaoub mengklaim Israel sengaja ingin melumpuhkan pemain dan seluruh olahraga negaranya.
Kontributor: Eko
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
Terkini
-
Piala AFF 2026 Digelar Saat Liga Eropa Libur, Timnas Indonesia Bisa Turunkan Skuad Penuh!
-
Puskas Award 2025: Saat Rizky Ridho Ukir Sejarah, Jay Idzes Jadi Saksi Gol Spektakuler Lawan
-
Dituduh Pura-pura Cedera, Mees Hilgers: Banyak Orang Menyebarkan Kebohongan
-
Timur Kapadzse Puji Suporter Timnas Indonesia, Tapi Ungkap PSSI Belum Bergerak
-
Striker Naturalisasi Baru Timnas Malaysia 'Menghilang', Diduga Alami Masalah Jantung Serius
-
Breaking News! Indra Sjafri Coret Luke Xavier Keet dari Timnas Indonesia U-22
-
Eks Asisten Patrick Kluivert Baru Buka Suara Usai Posisinya Bakal Digantikan Nova Arianto
-
Ultras Garuda Geruduk Kantor PSSI, Erick Thohir Disuruh Out!
-
Sejajar Declan Rice hingga Lamine Yamal, Pemain Timnas Indonesia Heboh Beri Dukungan ke Rizky Ridho
-
Bos Persija Kasih Respons Berkelas Rizky Ridho Masuk Nominasi FIFA Puskas Award 2025