Suara.com - Jauh sebelum nama-nama seperti Ernando Ari Sutaryadi, Muhammad Riyandi hingga Nadeo Argawinata mengisi pos kiper Timnas Indonesia, terdapat sosok legendaris yang berada di bawah mistar gawang Garuda. Dia adalah Kurnia Sandy.
Nama Kurnia Sandy patut masuk dalam barisan pemain legendaris Timnas Indonesia. Selain terbukti menjadi kiper andalan tim Merah Putih pada periode 1990-an, dirinya juga jadi salah satu pembuka jalan bagi pesepak bola nasional untuk percaya diri bisa berkarier di luar negeri.
Kurnia Sandy merupakan kiper Indonesia pertama yang mampu berkarier di Serie A. Bahkan, sang kiper mengklaim dirinya merupakan penjaga gawang Asia pertama yang mampu membela klub kasta teratas Liga Italia itu.
Sandy lebih dulu menancapkan kaki di liga top Eropa bahkan sebelum kiper asal Asia lain seperti Ali Al Habsi (Bolton Wanderers dan Wigan Athletics) hingga kiper Filipina, Neil Etheridge (Cardiff City, Birmingham) membuat gebrakan besar itu.
Menyitat data Transfermarkt, Kurnia Sandy tercatat berseragam Sampdoria pada musim 1996-1997.
Itu merupakan buah kerja kerasnya setelah mengikuti program bernama PSSI Primavera pada awal 1990-an di Italia.
Sepak bola Indonesia patut berbangga saat melihat wajah Sandy berada satu frame dengan skuad Sampdoria asuhan pelatih Sven-Goran Eriksson.
Dalam foto skuad sebelum bergulirnya Serie A 1996-1997, Sandy berbaris bersama para pemain top dunia seperti Sinisa Mihajlovic, Juan Veron, Roberto Mancini, dan Vincenzo Montella.
Sebagai informasi, pencapaian Sandy dianggap begitu prestisius karena Liga Italia pada dekade 1990-an merupakan kiblat sepak bola Eropa dan bahkan dunia.
Baca Juga: Jadi Kapten, Anak Asuh Nova Arianto di Timnas Indonesia U-16 Juarai Gothia Cup 2024
Selain itu, Sampdoria juga berstatus tim raksasa yang mampu menjuarai Serie A pada musim 1990-1991.
Bersama Sampdoria, Sandy berstatus sebagai kiper ketiga. Menggunakan nomor punggung 26, dia menjadi pelapis dari Fabrizio Ferron dan Matteo Sereni.
Gagal Debut di Serie A
Meski hanya berstatus kiper cadangan, Kurnia Sandy sejatinya memiliki kesempatan untuk menjalani debut bersama Sampdoria di Serie A.
Kesempatan itu muncul setelah dua kiper tim berjuluk Il Samp Fabrizio Ferron dan Matteo Sereni absen karena beberapa alasan.
Pelatih Sven-Goran Eriksson bahkan memberi tahu bahwa Kurnia Sandy akan masuk ke line-up pada laga pekan ke-20 Serie A kontra AS Roma pada 16 Februari 1996.
Namun, kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya dihadapan publik Italia bahkan dunia, pada akhirnya gagal terwujud.
Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI) secara mengejutkan ternyata belum melengkapi dokumen International Transfer Certificate (ITC) milik Sandy.
Beberapa hari sebelum pertandingan, Kurnia Sandy masih berusaha untuk bisa melengkapi dokumen ITC yang kurang. Dia menghubungi PSSI tetapi tidak mendapat jawaban.
"Kalau diingat sedih juga ya, kesempatan sudah di depan mata. Bahkan pelatih saat itu sudah bilang ke saya bahwa saya masuk tim," kata Kurnia Sandy dikutip dari kanal YouTube Sport77.
"Hari Kamis pengurusnya nanya, surat-surat saya kok belum lengkap. Saya tidak tahu waktu itu soal administrasi. Saya bingung juga mau nanya ke siapa waktu itu."
"Saya coba telepon sekretarisnya pak Nirwan Bakrie yang ngurusin Primavera segala macam, tidak ada jawaban karena waktu itu bertepatan dengan Lebaran," tambahnya.
Kurnia Sandy pada akhirnya gagal menjalani debut. Pihak klub pun bersimpati dan menyadari betapa kecewanya pemain kelahiran Semarang 24 Agustus 1975 silam tersebut.
Bahkan, pelatih Sampdoria memberikan Sandy libur selama tiga hari pasca gagal debut karena ulah PSSI itu. Dia dianggap butuh ketenangan setelah peristiwa emosional yang menimpanya.
Meski hingga kontraknya berakhir tidak berhasil debut bersama tim senior Sampdoria, Kurnia Sandy mengaku mendapat banyak kesempatan di tim Primavera.
"Setelah itu saya diberi kesempatan di tim Primaveranya Sampdoria," kata Kurnia Sandy.
Lebih Dulu Geluti Musik Dibanding Sepak Bola
Meski telah mengukir namanya sebagai salah satu kiper legendaris Indonesia, Kurnia Sandy nyatanya tidak punya minat jadi pesepak bola di masa mudanya.
Saat muda, Kurnia Sandy nyatanya lebih dulu menggeluti dunia musik. Hal itu terjadi karena orang tuanya meminta dia menemani kakak perempuannya les piano.
"Kakak saya itu anak perempuan satu-satunya dalam keluarga. Oleh orangtua, saya ditugaskan menemaninya kursus piano," ujar Sandy bercerita dikutip dari kanal YouTube Liga TopSkor.
Meski lebih dulu menggeluti musik, Sandy pada akhirnya tertarik bermain sepak bola karena ajakan kedua kakak laki-lakinya.
Dia bergabung dengan SSB Tugu Muda Semarang sebelum pindah ke klub SSS yang tampil di turnamen internal klub PSIS Semarang.
Sandy pada awalnya bermain sebagai winger, tetapi atas rekomendasi sang kakak, dia diminta untuk menjadi penjaga gawang. Sejak saat itulah kariernya sebagai kiper terus berlanjut.
Masa SMA yang dijalani Sandy terbilang unik. Setiap tahun, dia berganti sekolah demi menggapai cita-citanya sebagai pesepak bola.
Sandy mengawali SMA di Semarang, sebelum setahun kemudian pindah ke Diklat Salatiga. Setahun berselang alias saat duduk di kelas tiga SMA, dia dilirik pemandu bakat Diklat Ragunan, Jakarta usai tampil bagus di Kejuaraan Nasional.
Bersama Diklat Ragunan, karier Sandy kian melesat. Dia terpilih menjadi salah satu pemain yang ikut program PSSI Primavera untuk menimba ilmu di Italia pada 1993.
Di sana lah dia pada akhirnya mendapat kesempatan dikontrak tim papan atas Serie A Italia saat itu, Sampdoria.
Berita Terkait
-
Profil dan Agama Jens Raven, Sosok Striker Tinggi Bintang Muda Timnas U-19 Tuai Perhatian
-
STY Lirik Dong! Elkan Baggott Tampil 'Gila' Jadi Pemain Pengganti Bek Inggris, Ipswich Town Jadi Kebal Serangan
-
Maarten Paes Geser Yah, Shin Tae-yong Nih Ada Kiper Keturunan Rp 5,2 Miliar di Liga Jerman Bisa Dinaturalisasi
-
Sabar atau Disyukuri Saja? Jay Idzes Bongkar Efek Samping Tak Terduga Setelah Tenar Jadi Pemain Timnas Indonesia
-
3 Kiper Pendek Timnas Indonesia tapi Jago Penampilannya, Tak Hanya Ernando Ari
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
Dulu Keras Kepala dengan Skema Tiga Bek, Ruben Amorim Kini Jilat Ludah Sendiri
-
Prediksi Susunan Pemain Arsenal vs Aston Villa: Arteta Siapkan Kejutan di Emirates
-
Ketergantungan Mbappe, Efektivitas Gol Real Madrid Kalah Telak dari Barcelona
-
Prediksi Chelsea vs Bournemouth: Laga Penutup 2025 yang Krusial di Stamford Bridge
-
Kenapa Lamine Yamal Ogah Disejajarkan dengan Cristiano Ronaldo?
-
Persib Lawan Ratchaburi FC di 16 Besar ACL Two, Bojan Hodak: Siapa Pun Lawannya, Kami Libas
-
Jelang Laga Klasik Kontra Persib Bandung, Asisten Pelatih Persija Jakarta Wanti-wanti Suporter
-
Legenda Real Madrid: Gak Usah Tuntut Xabi Alonso Tiru Carlo Ancelotti
-
Emosi Cole Palmer Meledak, Maresca Dihadapkan Dilema Jelang Chelsea vs Bournemouth
-
Presiden Barcelona Joan Laporta Dipanggil KPK Spanyol atas Dugaan Penipuan Rp1,7 M