Bola / BolaTaiment
Rabu, 23 April 2025 | 12:26 WIB
Yevhen Budnik: Mustahil Jadi Sukses di Indonesia Kalau Anda Orang Miskin [Instagram Yevhen Budnik ]

Suara.com - Eks striker Persita Tangerang, Yevhen Budnik mengungkap pengalamannya saat bermain di Liga Indonesia. Karier pemain asal Ukraina itu tak lama di Indonesia, ia datang saat Covid-19 melanda.

Yevhen Budnik datang ke Indonesia pada 2020. Budnik datang ke Persita Tangerang, setelah sebelumnya bermain di klub Liga Armenia, Urartu.

Meski hanya sebentar berkarier di Persita, Budnik memiliki banyak pengalaman. Salah satu hal yang ia lihat selama di Indonesia ialah soal karier seseorang.

Menurt Budnik, di Indonesia, jika bukan berasal dari keluarga kaya, sangat mustahil bisa sukses dalam karier.

"Di Indonesia masih memiliki sistem 'kasta'. Kalau Anda lahir dalam keluarga sederhana, hampir mustahil untuk bisa sukses. Tidak asa kisah tentang seseorang yang berhasil karena bakat atau kecerdasan," ungkapnya seperti dilansir dari footboom1.com, Rabu (23/4).

Eks Arsenal yang Pernah Main di Liga 1 Aneh dengan Cara Makan Orang Indonesia [Instagram Yevhen Budnik]

Selain itu kata Budnik, di Indonesia, orang-orangnya sangat kagum dengan orang asing. Ia pun merasa saat datang ke Indonesia disambut bak seperti David Beckham.

"Orang-orang Indonesia juga melihat orang asing seperti bintang. Anda merasa seperti seorang David Beckham. Namun, hal seperti itu membuat pengalaman Anda bertambah,"

"Hal itu membuat Anda dihormati, orang-orang datang menemui Anda, Anda diminati, ditawari kontrak iklan dan jumlah pengikut di sosial media tumbuh dengan cepat," sambungnya.

Selain itu kata Yevhen Budnik, salah tantangan terbesarnya saat berada di Indonesia ialah soal cuaca. Berasal dari negara seperti Ukraina, Budnik mengaku sangat kepanasan saat di Indonesia.

Baca Juga: Eks Arsenal Jebolan Liga 1 Aneh dengan Cara Makan Orang Indonesia

"Cuacanya sangat panas. Kelembabannya sekitar 80 persen. Jika Anda mematikan AC, Anda langsung berkeringat,"

"Makanannya juga sangat pedas. Saya terus mencoba memesan makanan yang lebih netral. Namun saya pernah mengalami infeksi perut. Segalanya berbeda di sana,"

"Mereka tidak makan babi karena mayoritasnya muslim. Membeli steak sangat mahal. Daging utamanya adalah ayam. Beras dan keju sangat mahal," ungkap Yevhen Budnik.

Pengalaman Lain Yevhen Budnik di Indonesia

Niat bisa berkarier lama di Indonesia dan meraih pundi-pundi uang, Yevhen Budnik hanya bertahan sesaat di Liga 1. Budnik tercatat hanya melakoni 3 pertandingan bersama Persita tanpa bisa mencetak gol.

Eks Arsenal Kharkiv ini mengaku memiliki cukup banyak cerita dan pengalaman meski berkarier sebentar di Indonesia.

"Saya pikir, pada usia 29 tahun, sudah waktunya untuk mendapatkan sedikit uang. Di Indonesia, dunia yang benar-benar berbeda," ucap Budnik seperti dilansir dari footboom1, Selasa (22/4).

"Rasanya seperti saya tinggal di satu tempat, lalu tiba-tiba berakhir di tempat lain," lanjutnya.

Menurut Yevhen Budnik, berdasarkan pengalaman yang ia rasakan, kondisi Liga 1 terbilang tidak cukup bagus. Ia mencontohkan soal fasilitas stadion misalnya.

Yevhen Budnik mengatakan ia cukup heran dan kaget saat datang ke stadion namun tidak dilengkapi dengan meja pijat di ruang ganti.

"Tidak ada satu pun meja pijat di ruang ganti. Pijatan dilakukan di lantai, di atas matras. Anda tinggal berbaring dan mereka akan memijat Anda," cerita Budnik.

Yevhen Budnik meski cukup aneh dengan fasilitas di stadion, ia mengatakan bahwa level kompetisi Liga 1 cukup bagus.

Ia tegaskan bahwa bagi orang Indonesia,sepak bola adalah agama. Itu yang membuat kompetisi di Liga 1 sangat menarik dan kompetitif.

"Jujur saja, itu cukup bagus. Dan suasanya wow. Ada 40-50 ribu di stadion. Bagi merea, sepak bola adalah agama," ucapnya.

"Saya pikir tim-tim papan tengah Indonesia sebanding dengan tim-tim Ukraina yang lebih rendah. Selain itu di sana jga banyak pemain asing, termasuk pemain Brasil. Jadi sepak bola di sana levelnya bagus," kata Yevhen Budnik.

Selain soal fasilitas sepak bola, Yevhen Budnik menceritakan soal pengalamannya di luar lapangan sepak bola.

Menurut Yevhen Budnik, ia cukup terheran-heran dengan cara makan orang Indonesia. Menurutnya, mayoritas orang Indonesia makan tidak menggunakan alat makan.

"Semua orang di sana mayoritas adalah Muslim. Hanya di Bali, dunianya berbeda. Mentalitas di sana berbeda, mereka makan langsung dengan tangan. Semuanya berbeda. Tapi itu pengalaman yang sangat menarik," ungkapnya.

Lebih lanjut, pemain yang kini melanjutkan karier di Yunani bersama Digenis Ypsona mengatakan bahwa secara komunikasi tidak ada masalah besar dengan orang lokal Indonesia.

"Ya tentu saja saya berkomunikasi dengan mereka. Tidak ada masalah komunikasi di tim mana pun. Sejujurnya saya bisa saja tetap tinggal di Indonesia, tetapi COVID datang dan klub berhenti membayar. Itulah sebabnya saya harus pergi," ucapnya.

Load More