Bola / Bola Indonesia
Minggu, 28 September 2025 | 20:40 WIB
Menteri Hukum Supratman Andi Agtas (kiri), Ketua Umum PSSI Erick Thohir (kedua kanan), dan Wakil Menteri Hukum Edward Omar Sharif Hiariej (kanan), berfoto bersama usai pengambilan sumpah dan janji setia pewarganegaraan warga negara Indonesia (WNI) pesepak bola Miliano Jonathans (kedua kiri) di Kantor Kementerian Hukum, Jakarta, Rabu (3/9/2025). [ANTARA FOTO/Fauzan/tom]
Baca 10 detik
  • Kasus FAM menunjukkan bahaya manipulasi dokumen dalam naturalisasi pemain.
  • Proses naturalisasi menurut aturan FIFA sangat ketat dan tidak bisa instan.
  • PSSI menjadi contoh penerapan jalur legal naturalisasi. Lewat identifikasi pemain keturunan, pengecekan dokumen, koordinasi dengan pemerintah, penerbitan paspor, hingga pengajuan change of association ke FIFA

Suara.com - Sepak bola Malaysia sedang jadi sorotan dunia setelah Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dijatuhi sanksi berat oleh FIFA.

Kasus naturalisasi tujuh pemain asing yang dianggap melanggar aturan membuat Malaysia harus membayar denda miliaran rupiah, sementara para pemain dijatuhi larangan tampil selama setahun.

Kasus ini tak hanya memukul citra FAM, tetapi juga membuka mata publik tentang betapa rumit dan ketatnya aturan FIFA dalam hal naturalisasi pemain.

Proses ini tak bisa dijalankan sembarangan, apalagi dengan dokumen yang cacat administrasi.

Hukuman Berat untuk Malaysia

FIFA melalui Komite Disiplin menyatakan FAM bersalah karena melanggar Pasal 22 Kode Disiplin FIFA yang melarang pemalsuan atau manipulasi dokumen.

Akibatnya, FAM didenda 350.000 franc Swiss (Rp7,3 miliar), sementara tujuh pemain—Gabriel Palmero, Facundo Garces, Rodrigo Holgado, Imanol Machuca, Joao Figueiredo, Jon Irazabal, dan Hector Hevel—dilarang berpartisipasi dalam semua aktivitas sepak bola selama 12 bulan.

Bagi Malaysia, ini jelas menjadi pukulan besar. Namun di balik itu, kasus ini juga menyoroti bagaimana seharusnya jalur naturalisasi dilakukan sesuai dengan aturan FIFA.

Pertandingan antara Malaysia melawan Vietnam di babak kualifikasi Piala Asia 2027 (the-afc.com)

Bagaimana Proses Naturalisasi yang Sah Menurut FIFA?

FIFA telah menetapkan aturan ketat dalam Statuta FIFA Pasal 5–8 terkait kelayakan pemain membela tim nasional. Jalurnya tidak bisa instan, ada sejumlah syarat utama:

Baca Juga: Sadar dan Akui Salah, FAM Keras Hati 7 Pemain Ilegal Sah sebagai Warga Malaysia

Kewarganegaraan Sah

Pemain harus terlebih dahulu mendapatkan kewarganegaraan sah dari negara yang ingin ia bela.

Dokumen legal seperti paspor, kartu identitas, dan akta kewarganegaraan harus valid dan tidak bermasalah.

Kriteria Kelayakan (Pasal 7 Statuta FIFA)

Seorang pemain boleh membela tim nasional jika memenuhi salah satu syarat:

Lahir di negara tersebut.

Orang tua atau kakek-nenek lahir di negara tersebut.

Tinggal di negara itu setidaknya 5 tahun setelah usia 18 tahun.

Persetujuan FIFA

Jika seorang pemain pernah membela tim nasional lain (meski di level junior), ia wajib mengajukan permohonan perpindahan asosiasi (change of association) ke FIFA. Proses ini bisa memakan waktu lama karena harus diverifikasi langsung oleh Komite Status Pemain FIFA.

Pendaftaran di Federasi Nasional

Setelah mendapatkan kewarganegaraan, pemain harus didaftarkan secara resmi di federasi sepak bola negara tersebut, lengkap dengan dokumen legal. Federasi wajib memastikan tidak ada pelanggaran administrasi.

Verifikasi FIFA

Sebelum pemain bisa bermain di laga resmi FIFA (kualifikasi Piala Dunia, Piala Asia, dsb.), dokumennya diperiksa ulang oleh FIFA. Jika ada keraguan, FIFA berhak menolak pendaftaran pemain.

Dengan kata lain, naturalisasi tidak cukup hanya dengan “pegang paspor”. Ada jalur panjang yang melibatkan imigrasi, federasi, hingga otoritas FIFA.

Di Mana Malaysia Salah?

Menurut FIFA, kesalahan Malaysia terletak pada manipulasi dan pemalsuan dokumen.

Artinya, meski para pemain sudah memegang status kewarganegaraan, proses administratif di FAM tidak mengikuti standar yang ditetapkan.

Federasi menyebut ini hanya “kesalahan teknis”, tetapi FIFA menilainya sebagai pelanggaran serius karena menyangkut integritas kompetisi internasional.

Dampak Besar untuk Malaysia

Sanksi ini merugikan banyak pihak. FAM harus menanggung beban denda, sementara tujuh pemain kehilangan kesempatan berkarier selama satu musim penuh.

Bagi publik, kepercayaan terhadap federasi runtuh seketika.

Lebih dari itu, Malaysia kini tercatat di mata dunia sebagai contoh buruk tata kelola naturalisasi.

Padahal, jika prosedurnya dijalankan sesuai regulasi FIFA, naturalisasi bisa menjadi jalur legal untuk memperkuat tim nasional.

Bagaimana PSSI Melakukannya?

Pesepak bola Miliano Jonathans (kiri) mengikuti pengambilan sumpah dan janji setia pewarganegaraan warga negara Indonesia (WNI) di Kantor Kementerian Hukum, Jakarta, Rabu (3/9/2025). [ANTARA FOTO/Fauzan/tom]

Indonesia sudah berulang kali menempuh jalur naturalisasi, tapi prosesnya tidak mudah.

PSSI menegaskan naturalisasi bukan “jalan pintas”, melainkan kerja panjang agar tidak tersandung aturan FIFA.

Contoh terbaru adalah, naturalisasi Miliano Jonathans dan Mauro Zijlstra.

Berikut langkah-langkah PSSI untuk naturalisasi pemain, gak instan seperti membuat mie.

Identifikasi pemain potensial

PSSI memantau pemain keturunan lewat jaringan scout dan diaspora.

Cek dokumen silsilah keluarga

Semua dokumen—akte kelahiran, akta orang tua, paspor—dicek detail. Seperti bukti valid mengenai silsilah keluarga dari Mees Hilgers, Eliano Reijnders hingga garis keturunan Kevin Diks. 

Koordinasi dengan pemerintah

PSSI mengajukan permohonan ke Kemenkumham, Kemenpora, dan DPR. Proses ini termasuk sidang paripurna DPR untuk menyetujui pemberian status WNI.

Penerbitan paspor Indonesia

Setelah resmi WNI, Paes dan Jonathans mendapatkan paspor Indonesia. Ini tahap penting sebelum didaftarkan ke FIFA.

Pengajuan ke FIFA

Karena Paes pernah membela Belanda U-21, PSSI harus mengajukan change of association ke FIFA. Prosesnya bisa berbulan-bulan karena diverifikasi langsung.

Registrasi ke AFC/FIFA

Setelah semua clear, pemain baru bisa diturunkan dalam ajang resmi seperti Kualifikasi Piala Dunia atau Piala Asia.

Butuh waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikan semua proses ini.

Bahkan ada kasus pemain yang gagal karena dokumen tidak memenuhi syarat, meski sudah berdarah Indonesia.

Kontributor: Adam Ali

Load More