Suara.com - Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia alias AKSI telah bergerak demi menuntut transparasi kinerja Lembaga Manajemen Kolektif Nasional atau LMKN.
Sebagai bukti gerakannya, AKSI telah melayangkan somasi sebanyak dua kali terhadap LMKN. Hal ini disampaikan langsung oleh musisi Piyu Padi Reborn selaku ketua umum AKSI.
"Ini yang kita dorong terus, kita sudah melakukan somasi dua kali. Yang pertama adalah di bulan Agustus, yang kedua di bulan November tahun lalu," kata Piyu saat ditemui di kawasan Gambir, Jakarta Pusat pada Selasa (5/3/2024).
"Untuk meminta pertanggungjawaban mereka, meminta laporan keuangan mereka. Kita cuma pengin tahu ini dapatnya dari mana sih LMKN ini, meng-collectnya dari mana, terus baginya ke mana aja," tutur Piyu menyambung.
Gitaris band Padi Reborn itu lalu menjelaskan asal muasal kecurigaannya terhadap LMKN. Menurutnya, jumlah royalti yang diperoleh pencipta lagu tak sebanding dengan banyaknya jumlah penampilan para artis.
Hal itu juga Piyu alami sendiri sebagai pencipta lagu untuk Padi Reborn.
"Pencipta lagu itu, sampai hari ini mereka masih mendapat ratusan ribu (jumlah royalti dalam setahun), itu yang live concert. Saya pun hanya dapat Rp964 ribu dalam pendapatan royalti saya," kata Piyu.
"Sedangkan saya konser setiap minggu paling nggak ada dua hingga tiga kali, sebulan bisa 12 sampai 15 kali show. Kalau dihitung Rp1 juta aja misalnya, paling nggak minimal Rp12 juta saya dapatin dalam sebulan, itu contohnya," sambungnya.
Sayangnya, hingga saat ini belum ada tanggapan yang memuaskan dari LMKN perihal somasi tersebut. Kata Piyu, somasi itu hanya dijawab secara normatif tanpa ada penjabaran yang jelas.
Baca Juga: Ketua LMKN: Digital Direct License yang Digagas AKSI Melanggar Undang-Undang
"Tidak, jawabannya sangat normatif sekali, bahwa mereka adalah blablabla, mereka adalah pemegang amanat UU, mereka adalah lembaga bantu pemerintah, tapi mana buktinya?" imbuh Piyu.
Berita Terkait
-
Detik-detik Aksi Keji Yudha, Dorong dan Benamkan Anak Artis Tamara Tyasmara
-
Begini Kondisi Kantor Travel di Jatinegara Pasca Aksi Penembakan oleh Eks Suami Artis Cut Keke
-
Transjakarta Bikin Rute Baru di Jaktim, Sopir Angkot Protes Sampai Setop Bus
-
Orasi di Kamisan, Fotografer Senior Kecam Keras Darwis Triadi: Dia Bodoh dan Sombong!
-
Aksi Kamisan ke-806 di Sebrang Istana, Ada Gambar Pejabat Ini
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 7 Parfum Wangi Bayi untuk Orang Dewasa: Segar Tahan Lama, Mulai Rp35 Ribuan Saja
- 3 Pelatih Kelas Dunia yang Tolak Pinangan Timnas Indonesia
Pilihan
-
Siapa Justen Kranthove? Eks Leicester City Keturunan Indonesia Rekan Marselino Ferdinan
-
Menko Airlangga Ungkap Dampak Rencana Purbaya Mau Ubah Rp1.000 Jadi Rp1
-
Modal Tambahan Garuda dari Danantara Dipangkas, Rencana Ekspansi Armada Kandas
-
Purbaya Gregetan Soal Belanja Pemda, Ekonomi 2025 Bisa Rontok
-
Terjerat PKPU dan Terancam Bangkrut, Indofarma PHK Hampir Seluruh Karyawan, Sisa 3 Orang Saja!
Terkini
-
Jefri Nichol Ditelepon Ameera Khan Saat Live Main Game, Ekspresi Panik Jadi Sorotan
-
Isu Perundungan Bawa Fedi Nuril Tampil di Film Horor "Qorin 2"
-
Pelaku Hiburan Tolak Gelar Pahlawan Nasional Soeharto, Ada Sineas hingga Musisi
-
Deretan Film Adipati Dolken dan Mawar De Jongh, Terbaru Whats Up with Secretary Kim?
-
Rekomendasi 5 Film Disney Terbaik 2025, Dari Superhero Hingga Live-Action
-
Marsinah Resmi Jadi Pahlawan Nasional, Kisahnya Difilmkan Lewat Marsinah: Cry Justice
-
Profil Davika Hoorne, Pemeran Hantu Ikonik di Pee Mak yang Baru Saja Menikah
-
Deretan Pemain Film Whats Up with Secretary Kim? Versi Indonesia
-
Netizen Dikit-Dikit Ajak Boikot, Kini Malam 3 Yasinan Film Hamish Daud Jadi Sasaran
-
Kritik Keras Kunto Aji Usai Soeharto Jadi Pahlawan: Zaman Edan!