Suara.com - Sorotan tajam kembali tertuju ke pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Kali ini, giliran masalah kerusakan alam Raja Ampat imbas praktik penambangan nikel yang membuat pemerintah dikritik.
Ternyata, sudah banyak keluhan soal rusaknya alam Papua sejak sebelum tambang nikel dibuka di Raja Ampat.
Komika Mamat Alkatiri sebelumnya pernah bersuara tentang bagaimana pembangunan jalan Trans Papua berdampak ke ekosistem Taman Nasional Lorentz.
Bedanya, Mamat Alkatiri saat itu tidak mendapat dukungan dalam menyuarakan keresahan tentang kerusakan alam Papua.
Mamat Alkatiri malah jadi sasaran kemarahan karena dianggap tidak mendukung pembangunan jalan di Papua.
"Saya ngomong Taman Nasional Lorentz kena imbas karena rute Trans Papua kena maki," keluh Mamat dalam sebuah tulisan di akun X pribadinya, Sabtu, 7 Juni 2025.
Bukan cuma sekali, Mamat Alkatiri mendapat caci maki saat menyampaikan keluhan atas kondisi tanah kelahirannya.
"Saya ngomong Blok Wabu juga kena maki," tutur Mamat.
Baca Juga: Ernest Prakasa Ikut Sindir Pemerintah Imbas Tambang Nikel di Raja Ampat
Termasuk juga soal tudingan terhadap Presiden RI ke-7 Joko Widodo, yang diduga membangun jalan Trans Papua untuk mempermudah akses para penambang.
Sebelumnya, Mamat Alkatiri pernah mengutarakan hal serupa namun tidak mendapat dukungan.
"Dulu saya ngomong mirip gini, kena maki," kata Mamat, yang menampilkan ulang keluhan salah satu pengguna X tentang hal itu.
Cerita kerusakan alam Raja Ampat pertama dibagikan oleh organisasi pemerhati lingkungan Greenpeace, lewat sebuah unggahan di akun Instagram mereka baru-baru ini.
"The Last Paradise. Satu per satu keindahan alam Indonesia dirusak dan dihancurkan, hanya demi kepentingan sesaat dan golongan oligarki serakah," keluh Greenpeace dalam keterangan unggahannya.
Sebelum masuk ke Raja Ampat, pertambangan nikel yang jadi bagian program hilirisasi disebut Greenpeace sudah meninggalkan kerusakan di berbagai tempat.
"Hilirisasi nikel, yang digadang-gadang sebagai jalan menuju energi bersih, telah meninggalkan jejak kehancuran di berbagai tempat, dari Sulawesi hingga Maluku," papar Greenpeace.
Diduga, ada andil PT Antam di balik praktek pertambangan nikel yang menimbulkan kerusakan alam di wilayah Raja Ampat.
Tuntutan Greenpeace pun jelas, dengan meminta pemerintah mengambil sikap untuk mencegah kerusakan alam lebih parah di Raja Ampat.
"Pemerintah harus bertanggung jawab atas kehancuran alam yang semakin hari semakin marak terjadi," tegas Greenpeace.
Unggahan Greenpeace pun viral dan membuat banyak pihak ikut bersuara tentang kerusakan alam Raja Ampat imbas pertambangan nikel, termasuk dari kalangan artis.
Darius Sinathrya, Denny Sumargo hingga Ernest Prakasa adalah sebagian artis yang ikut menyuarakan kekecewaan mereka atas kegagalan pemerintah melindungi keindahan alam Raja Ampat.
Denny Sumargo bahkan sampai memohon ke Prabowo Subianto untuk meninjau ilang izin pertambangan di wilayah Raja Ampat, karena khawatir dampak kerusakan lingkungannya akan semakin luas.
Pemerintah melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, Bahlil Lahadalia memastikan bahwa lokasi pertambangan nikel tidak merusak lokasi wisata di Raja Ampat.
"Piaynemo itu pulau pariwisatanya Raja Ampat. Saya sering ke Raja Ampat," ujar Bahlil di Jakarta baru-baru ini.
Bahkan, lokasi penambangan nikel yang kini dipermasalahkan berjarak puluhan kilometer dari titik pariwisata di Raja Ampat.
"Pulau Piaynemo dengan Pulau GAG itu kurang lebih sekitar 30 kilometer sampai dengan 40 kilometer," papar Bahlil.
Bahlil Lahadalia pun sependapat bahwa Raja Ampat merupakan salah satu destinasi wisata Indonesia yang harus dijaga keutuhannya.
"Wilayah Raja Ampat itu betul wilayah pariwisata, yang kita harus lindungi," tegas Bahlil.
Berita Terkait
-
Selamatkan Ekosistem Bekas Tambang Nikel di Raja Ampat dengan Rehabilitasi Holistik
-
Pulau Gag Bergejolak: Pemerintah Hentikan Sementara Tambang Nikel di Raja Ampat
-
Berdiri Sejak Era Soeharto, Perjalanan Panjang PT Gag Nikel Kantongi Izin Tambang di Raja Ampat
-
Perusahaan China Masih Bebas Keruk Raja Ampat, Bahlil Hentikan Operasi Tambang Nikel Milik BUMN
-
Tambang Nikel di Raja Ampat, Anak Usaha Antam Disebut Sudah Sesuai Aturan
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
-
Tak Hanya Soal Ekonomi! Celios Ungkap Jejak Tiongkok di Indonesia Makin Meluas, Ini Buktinya
-
3 Rekomendasi HP 5G Murah di Bawah Rp3 Juta Tebaru September 2025
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
Terkini
-
The Panturas Tuai Kritik: Tolak Pestapora karena Freeport, Tapi Manggung di Event Sponsor Sama
-
Ada Saja Tangan Usil Netizen, Sebut Penutupan Toko Kue Ashanty Cuma Gimik karena Kini Dibuka Lagi
-
Dian Sastro Hadiri TIFF 2025, Tampil Elegan dengan Pin Bajak Laut One Piece yang Curi Perhatian
-
Eza Gionino Ternyata Sempat Ucap Talak Satu Sebelum Digugat Cerai
-
Viral Nenek 71 Tahun Meninggal Seminggu Setelah Wisuda S3 di UIN Walisongo
-
Toko Kue Lumiere Buka Lagi, Ashanty Tak Jadi PHK Massal
-
Andovi da Lopez Bongkar Masalah Besar di Balik Demo Indonesia
-
Tangis Eza Gionino Pecah, Kangen Anak yang Dibawa Istri saat Tinggalkan Rumah
-
Beda Jauh dari Indonesia, Anggota DPR Jepang Bongkar Soal Tunjangan Hingga Etika Mundur dari Jabatan
-
Misteri di Hollywood, Bau Busuk dari Tesla Milik Penyanyi D4vd Ungkap Temuan Mayat Mengerikan