Suara.com - Musisi Baskara Putra, yang juga dikenal dengan nama panggung Hindia, mengguncang media sosial dengan sebuah pernyataan keras yang ditujukan kepada pihak-pihak yang menyangkal terjadinya pemerkosaan massal dalam Kerusuhan Mei 1998.
Pernyataan menohok ini diunggah melalui akun X pribadinya, @wordfangs, pada Kamis, 3 Juli 2025.
Melalui cuitannya, pentolan grup .Feast itu meluapkan amarahnya dengan kalimat yang lugas dan tanpa basa-basi.
"Semoga mereka semua yang menyangkal cerita pemerkosaan massal di Kerusuhan 98 kelak terbakar di api neraka paling dalam," tulis Baskara, yang versi aslinya memakai Bahasa Inggris.
Cuitan yang diunggah pada pukul 1:50 dini hari tersebut langsung viral, menyedot perhatian publik dengan cepat.
Hingga berita ini diturunkan, unggahan tersebut telah dilihat lebih dari 320 ribu kali, mendapatkan 10.8 ribu reposts, dan 23.7 ribu likes, menunjukkan betapa resonansinya kuat di kalangan warganet.
Pernyataan keras Baskara ini diduga kuat merupakan respons terhadap polemik belakangan ini, terutama setelah Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon bersuara.
Beberapa waktu lalu, Fadli Zon secara terbuka mempertanyakan bukti autentik dari para korban pemerkosaan dalam Kerusuhan 98, yang memicu kemarahan dan kekecewaan dari berbagai kalangan, termasuk para aktivis HAM dan pegiat sejarah.
Meski di sisi lain, isu pemerkosaan massal tersebut memang menghadapi tantangan pembuktian yang kompleks hingga hari ini.
Baca Juga: Tak Kuat dengan Fadli Zon, Anggota DPR Menangis saat Bahas Pemerkosaan Massal 98
Komika dan kreator konten Pandji Pragiwaksono pernah mengulas bagaimana Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang dibentuk oleh Presiden B.J. Habibie pasca-kerusuhan mengalami kesulitan.
Menurut ceritanya, dari 54 aduan yang masuk, tidak ada satupun yang bisa dibuktikan secara hukum.
Seluruh laporan tersebut akhirnya mandek di Kejaksaan Agung RI dengan alasan data yang disertakan dalam setiap laporan tidak cukup lengkap untuk ditindaklanjuti ke proses hukum.
Namun, kendala pembuktian ini tidak serta-merta membenarkan cara para pejabat merespons isu tersebut.
Banyak pihak, termasuk Pandji, menyoroti minimnya empati dari para pemangku kebijakan.
Sikap yang mempertanyakan validitas penderitaan korban dianggap melukai kembali trauma kolektif, terlepas dari apakah kasusnya bisa naik ke pengadilan atau tidak.
Kegeraman Baskara Putra pun disambut dengan beragam reaksi oleh warganet.
Banyak yang menyuarakan dukungan dan sentimen serupa, merasa terwakili oleh amarah sang musisi.
"Nggak habis pikir dah," tulis akun terverifikasi @kntung_ yang menunjukkan rasa tidak percayanya terhadap para penyangkal.
Dukungan lain datang dari akun @aisyahqi yang singkat namun padat, "Amin," mengaminkan doa Baskara.
Bahkan, ada yang menginginkan keadilan yang lebih cepat. Akun @txtdrmskl5 menulis, "Biar nggak kelamaan nunggu neraka, gue penginnya lihat mereka terbakar sekarang secepatnya."
Akun @Anarchy_136 juga turut berkomentar, "Prosesnya harus dimulai dari sekarang," menyiratkan bahwa pertanggungjawaban harus segera ditegakkan.
Kisruh soal cerita pemerkosaan massal terhadap perempuan keturunan Tionghoa dalam Kerusuhan Mei 1998 sendiri kembali ramai dibahas buntut rencana pemerintah menulis ulang sejarah Republik Indonesia.
Lewat Fadli Zon selaku Menteri Kebudayaan RI, pemerintah menerangkan bahwa banyak hal yang harus ditambahkan dalam rangkuman sejarah negara.
Namun, masyarakat lebih khawatir menghadapi kemungkinan bakal dihilangkannya beberapa cerita kelam dari sejarah Indonesia yang sebelumnya pernah ada.
Termasuk, kemungkinan adanya perubahan cerita dari tragedi kelam Kerusuhan Mei 1998, yang diyakini beberapa pihak erat kaitannya dengan isu kejahatan kemanusiaan Presiden Prabowo Subianto di masa itu.
"Memang kan sejarah ditulis oleh yang menang. Saat ini, yang menang adalah Prabowo Subianto. Prabowo Subianto punya hak untuk menentukan sejarah seperti apa," ujar Pandji di salah satu konten YouTube pribadinya, yang tayang ke publik pada 24 Juni 2025 lalu.
Berita Terkait
-
Feast Guncang CRSL Land Festival 2025, Ajak Doa untuk Palestina
-
Gugatan Pernyataan Fadli Zon Soal Mei 98: KontraS Kecewa Hakim PTUN Semuanya Laki-Laki!
-
Korban Pemerkosaan Massal '98 Gugat Fadli Zon: Trauma dan Ketakutan di Balik Penyangkalan Sejarah
-
Tuntutan TGPF 98 di PTUN: Desak Fadli Zon Cabut Pernyataan dan Minta Maaf ke Publik
-
Sidang Gugatan Perkosaan Mei '98, Kuasa Hukum Fadli Zon Mengaku Belum Tahu Objek Perkara
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
- 5 Promo Asus ROG Xbox Ally yang Tidak Boleh Dilewatkan Para Gamer
Pilihan
-
Bahlil Vs Purbaya soal Data Subsidi LPG 3 Kg, Pernah Disinggung Sri Mulyani
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
Terkini
-
Film Mimpi Keluarga Sempurna Memukau di Jakarta World Cinema Week 2025
-
7 Rekomendasi Film Horor Berlatar Halloween
-
Aksi Musdalifah Tiru Gaya Jaden Smith Di-repost sang Artis, Marah atau Suka?
-
Jadi Koruptor di Jembatan Shiratal Mustaqim, Agus Kuncoro Tak Kesulitan: Banyak Referensi di Negara
-
Felix Siauw Soroti Pencegatan Kapal Kemanusiaan untuk Gaza: Bukti Hukum Internasional Diabaikan
-
Angelina Sondakh Sentil Film Jembatan Shiratal Mustaqim: Cara Korupsinya Cuma Dibocorin Satu!
-
Sinopsis The Strangers: Chapter 2, Teror Baru Maya dari Trio Pembunuh Bertopeng
-
Taqy Malik Punya Waktu 2 Minggu, Lunasi Utang Sengketa Tanah Rp6,8 Miliar atau Kosongkan 7 Kavling
-
Gagal Lunasi Pembayaran, Taqy Malik Diminta Angkat Kaki dari Lahan Sengketa
-
4 Film dan Drama Korea Tayang di Vidio Oktober 2025, Ada Walking on Thin Ice