Entertainment / Gosip
Kamis, 11 September 2025 | 14:17 WIB
Jovial da Lopez [Instagram]
Baca 10 detik
  • Jovial da Lopez menilai Sri Mulyani sering membuat kebijakan non-populis
  • Jovial da Lopez sebut membuat kebijakan non-populis demi pertumbuhan ekonomi 8 persen
  • Jovial da Lopez menganggap Sri Mulyani sering ambil keputusan sulit
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Di tengah kabar mengejutkan mengenai pencopotan Sri Mulyani Indrawati dari posisi Menteri Keuangan RI, Jovial da Lopez memberikan analisisnya mengenai kebijakan-kebijakan yang kerap dianggap tidak populer.

Menurutnya, ada alasan besar di balik setiap keputusan sulit yang diambil oleh Sri Mulyani selama menjabat.

Jovial menduga bahwa berbagai kebijakan yang tidak disukai publik, seperti kenaikan pajak, merupakan langkah strategis untuk mencapai target ambisius pemerintah.

Salah satu target utama yang ia soroti adalah target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen per tahun di era pemerintahan Prabowo Subianto.

"Tapi aku coba pikir, mengapa dia ambil kebijakan non-populis? Karena kita emang target pertumbuhan ekonomi berapa persen per tahun," ujar Jovial da Lopez.

Ia menjelaskan, untuk mencapai angka tersebut, Menteri Keuangan dan timnya harus cermat menghitung dan mencari sumber-sumber pendapatan negara dari berbagai sektor.

Ketika pemasukan dari sektor-sektor yang ada dirasa belum mencukupi, maka pengambilan kebijakan yang tidak populer menjadi sebuah keniscayaan.

Jovial Da Lopez dan Andovi Da Lapoez [Instagram]

"Jadi untuk mencapai 8 persen keinginan Pak Prabowo, pasti dia harus cari-cari nih. Jadi mau nggak mau, oke deh, tadi pajak misalnya 10 atau 11 persen, naikin 1 persen lagi deh. Siapa tahu dapet nih, si 8 persen yang diinginkan," jelas Jovial da Lopez memberikan perumpamaan.

Jovial pun menyimpulkan bahwa banyak keputusan sulit yang diambil Sri Mulyani, semata-mata untuk mengejar target yang telah ditetapkan oleh kepala pemerintahan.

Baca Juga: Buntut Hina Sri Mulyani, Menkeu Purbaya Larang Putranya Main Instagram

Analisis ini memberikan perspektif berbeda, bahwa di balik kebijakan yang sering menuai kritik, ada pertimbangan makroekonomi yang lebih besar.

"Jadi banyak pasti keputusan yang sangat non-populis, tapi untuk ngejar target 8 persen ini per tahun," pungkasnya.

Load More