"Rumah singgah Yayasan Kasih Kanker Anak Indonesia, serasa rumah sendiri karena semua orang tua yang mendampinggi anak-anak mereka adalah seperti keluarganya sendiri," katanya.
Di rumah singgah YKKAI ada juga orang tua dari penderita kanker yang membantu untuk masak dan menyediakan makanan bagi anak-anak mereka. Tenaga Pengajar Selain sebagai Rumah singgah bagi penderita kanker YKKAI juga menyediakan tenaga pengajar dan memfasilitasi anak-anak penderita dengan sarana belajar.
Tenaga pengajar yang disediakan Yayasan Kasih Kanker Indonesia berasal dari tenaga profesional yang mengajar sesuai keahlian masing-masing.
"Kami menyediakan 16 tenaga pengajar dengan keahlian masing-masing untuk mengajar dan membimbing mereka," kata Ketua sekaligus Pendiri Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI), Ira Soelistyo.
YKAKI mempunyai visi setiap anak Indonesia yang menderita kanker berhak mendapat pengobatan dan perawatan kanker yang sebaik-baiknya, termasuk hak belajar dan hak bermain Misi-nya yaitu akomodasi, sekolah, memberikan sosialisasi edukasi masyarakat awam agar tahu tanda-tanda dan gejala awal penyakit kanker.
Ia mengatakan, Rumah Kita yang didirikannya berlatarbelakang pengalaman pribadi merawat anaknya yang sakit leukemia tahun 1984.
"Beruntung saya bisa bawa dia berobat sampai ke Belanda selama delapan bulan dan tinggal di rumah singgah McDonald persis di samping rumah sakit. Dari sana ia terinspirasi, karena sangat menolong dengan biaya yang juga sangat minim," jelasnya.
Ia menjelaskan Yayasan Rumah kita telah dirintis sejak 2006 lalu sebagai tempat tinggal sementara bagi anak-anak yang menderita kanker dan sedang menjalani rawat jalan dari luar kota. Ia mengatakan Rumah Kita telah bekerja sama dengan empat rumah sakit di Jakarta antara lain RSCM.
"YKAKI lokasinya hanya beberapa kilometer dari Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta dan bisa dijangkau dengan angkutan umum," katanya.
Ia mengatakan letak rumah singgah tersebut juga tidak jauh dari RSCM sehingga memudahkan penderita untuk berobat.
"Saat ini YKAKI sudah mempunyai bangunan dua lantai sendiri yang cukup luas, dengan kapasitas pasien kanker sebanyak 28 anak, dimana tiap anak punya satu orang tua yang mendampingi,” kata Ira.
Menurut data WHO, jumlah penderita kanker di dunia setiap tahun bertambah sekitar 7 juta orang, dan dua per tiga diantaranya berada di negara-negara yang sedang berkembang.
Di Indonesia, tiap tahun diperkirakan terdapat 100 penderita baru per 100.000 penduduk. Ini berarti dari jumlah 237 juta penduduk, ada sekitar 237.000 penderita kanker baru setiap tahunnya.
Jika tidak dikendalikan, diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada tahun 2030. Ironisnya, kejadian ini akan terjadi lebih cepat di negara miskin dan berkembang. (Antara)
Tag
Berita Terkait
-
Sempat Diderita Epy Kusnandar, Berapa Lama Orang dengan Kanker Otak Bisa Bertahan Hidup?
-
6 Penyebab Kanker Otak, Penyakit yang Sempat Diderita Epy Kusnandar Sebelum Meninggal Dunia
-
Kebutuhan Penanganan Kanker dan Jantung Meningkat, Kini Ada RS Berstandar Global di Surabaya
-
Atap Asbes Bisa Picu Kanker, Ini 5 Alternatif Lain yang Lebih Aman dan Awet
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat