Suara.com - Kasus HIV/AIDS mulai merebak 1980-an. Kini sejak obat anti-HIV yang disebut antiretroviral (ARV) ditemukan, mereka yang terinfeksi HIV (ODHA) membaik kualitas hidupnya karena tetap sehat layaknya orang normal.
Risiko kematian akibat HIV/AIDS pun menurun jika seseorang menjalani terapi antiretroviral seumur hidupnya.
Namun dari 200.000 orang yang terdiagnosis HIV, baru 50.000 orang yang menjalani terapi antiretroviral ini.
Menurut Prof Dr Zubairi Djoerban,Sp.PD,KHOM dari divisi Hematologi FKUI, obat antiretroviral (ARV) sangat dibutuhkan pasien HIV-AIDS untuk dapat memulihkan kekebalan tubuh yang dirusak oleh virus HIV. Sayangnya efek samping yang ditimbulkan membuat orang dengan HIV-AIDS (ODHA) malas minum obat.
"Semua obat yang mengandung bahan kimia tentu memiliki efek samping. Begitu juga dengan ARV ini. Biasanya gejalanya pusing, rasa melayang, dan mendapat mimpi-mimpi aneh," katanya pada simposium "Perkembangan Terbaru Obat HIV dan Kaitannya dengan Kanker dan Hepatitis B & C" di Jakarta, Jumat (5/12/2014).
Zubairi menambahkan bahwa gejala dari efek samping obat ARV termasuk ringan dan mudah diatasi. Rasa tidak ketidaknyamanan itu pun biasanya berlangsung sementara.
"Efek sampingnya ringan dan mudah diatasi. Biasanya dirasakan hanya dalam 1 bulan pertama, lama kelamaan akan hilang,” lanjutnya.
Meskipun menimbulkan efek samping, menurut guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini, obat ARV harus tetap dikonsumsi teratur seumur hidup. Jika lalai sehari saja, maka bisa membuat virus HIV dalam tubuh kebal terhadap khasiat obat ARV sendiri.
Kebanyakan pasien enggan mengonsumsi ARV, karena membutuhkan ketelatenan. Padahal ARV terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup ODHA dan mencegah penularan terhadap orang yang sehat.
Tag
Berita Terkait
-
Apa Ciri-ciri HIV? Penyakit Berbahaya, Dituding Diderita Paula Verhoeven Jelang Jadi Istri Baim Wong
-
Jarang Diajarkan di Sekolah, Edukasi Seks Ini Penting Diketahui Remaja
-
Hati-hati! HIV Bisa Menular Lewat Cairan Tubuh, Ini Cara Mencegahnya
-
Telemedisin Bantu Pengobatan HIV-AIDS di Jakarta, Gimana Cara Kerjanya?
-
Emiten Ini Munculkan Tayangan Tentang HIV/AIDS di 924 Layar Televisi KRL, Apa Tujuannya?
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis