Suara.com - Berat badan berlebih atau obesitas sering dikaitkan dengan gangguan metabolik seperti stroke, penyakit jantung hingga diabetes.
Namun sebuah studi baru-baru ini yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Investigation menyebutkan bahwa tak semua orang yang obesitas mengalami gangguan kesehatan tersebut.
“Penelitian ini menunjukkan sejumlah orang obesitas dapat terlindung dari efek metabolik akibat naiknya berat badan,” kata Dr. Samuel Klein, peneliti senior dan juga direktur Washington University’s Center for Human Nutrition.
Lebih lanjut ia menyebutkan bahwa sejumlah responden penelitian yang obesitas, 25 persen dari mereka tidak mengalami komplikasi metabolik seperti diabetes, jantung, ataupun stroke.
Untuk mendapatkan temuan ini, Klein dan tim melakukan penelitian pada 20 orang peserta obesitas yang mengalami kenaikan berat badan sebanyak 6 kilogram dalam waktu yang tidak lama. Untuk menaikkan berat badan tersebut, peserta diminta makan di restoran cepat saji yang telah ditunjuk oleh peneliti.
"Tujuan kami agar peserta penelitian mengonsumsi 1.000 kalori ekstra setiap hari sampai mengalami kenaikan berat badan enam persen dari berat tubuh sebelumnya," kata Dr Elisa Fabbrini, asisten profesor kedokteran di Washington University School of Medicine.
Peneliti kemudian mengamati efek naiknya berat badan pada metabolisme peserta. Sebelum dan sesudah berat badan naik, peneliti mengukur kemampuan peserta dalam mengontrol gula darah, lemak hati, komposisi tubuh, dan sensitivitas insulin.
Hasilnya, ketika peserta memiliki metabolisme normal saat studi di mulai, maka metabolisme mereka tetap normal ketika berat badan bertambah. Sementara jika metabolisme peserta mengalami masalah saat awal, maka peserta cenderung memiliki masalah saat berat badan naik.
Peneliti mengidentifikasi bahwa akumulasi lemak hati pada peserta yang menyebabkan gangguan metabolisme. Pasalnya, akumulasi lemak hati tidak ada pada peserta obesitas yang memiliki metabolisme normal.
"Kita perlu lebih banyak penelitian untuk memahami mengapa obesitas menyebabkan penyakit tertentu pada beberapa orang, tetapi tidak pada orang lain," kata Klein. (Medical Daily)
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Jangan Tunggu Dewasa, Ajak Anak Pahami Aturan Lalu Lintas Sejak Sekarang!
-
Menjaga Kemurnian Air di Rumah, Kunci Hidup Sehat yang Sering Terlupa
-
Timbangan Bukan Segalanya: Rahasia di Balik Tubuh Bugar Tanpa Obsesi Angka
-
Terobosan Baru Atasi Kebutaan: Obat Faricimab Kurangi Suntikan Mata Hingga 75%!
-
5 Pilihan Obat Batu Ginjal Berbahan Herbal, Aman untuk Kesehatan Ginjal dan Ampuh
-
Catat Prestasi, Tiga Tahun Beruntun REJURAN Indonesia Jadi Top Global Distributor
-
Mengenal UKA, Solusi Canggih Atasi Nyeri Lutut dengan Luka Minimal
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya