Ilustrasi. (Shutterstock)
Sebuah studi terkini menyebutkan bahwa orang yang kekurangan berat badan di usia 40 hingga 60 tahunan, 34 persen lebih mungkin terdiagnosa demensia 15 tahun kemudian.
"Sebenarnya, alasan kekurangan berat badan-- didefenisikan dengan indeks massa tubuh di bawah 20-- di usia pertengahan berhubungan dengan demensia masih belum jelas dan membutuhkan penelitian lanjutan," jelas salah satu penulis studi dari Dr. Nawab Qizilbash.
Meski demikian ia berspekulasi bahwa sejumlah faktor seperti pola makan (diet), olahraga, kekurangan vitamin D mungkin memainkan peran dalam hal ini.
Kesimpulan ini didapat setelah para peneliti menganalisis data dari hampir dua juta orang berusia 40 tahun dan lebih tua di Inggris.
Pada awal studi, tak ada satupun para partisipan terdiagnosa demensia. Namun, setelah 20 tahun sekitar 46 ribu orang terdiagnosa demensia.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Diabetes & Endocrinology ini juga menemukan hal mengejutkan. Apakah itu? Para peneliti mengatakan bahwa partisipan yang mengalami kelebihan berat badan di usia pertengahan justru terlindungi kesehatan otaknya.
Para peneliti mengatakan, orang yang memiliki indeks massa tubuh 40 atau lebih, 29 persen lebih rendah berisiko mengembangkan demensia ketimbang orang yang kekurangan berat badan.
"Orang yang mengalami obesitas di usia pertengahan terlihat tak berisiko lebih tinggi menderita demensia saat usia senja," imbuh Qizilbastold.
Namun begitu, lagi-lagi ia mengatakan bahwa penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk menentukan bagaimana pengaruh berat badan pada risiko tipe demensia berbeda seperti Alzheimer dan penyakit pembuluh darah.
Seperti diketahui, demensia adalah suatu kondisi di mana kemampuan otak mengalami penurunan. Akibatnya, penderita mengalami gangguan ingatan dan pikiran sehingga mudah lupa alias pikun. Selain itu penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian juga mengalami kemunduran. (LiveScience)
"Sebenarnya, alasan kekurangan berat badan-- didefenisikan dengan indeks massa tubuh di bawah 20-- di usia pertengahan berhubungan dengan demensia masih belum jelas dan membutuhkan penelitian lanjutan," jelas salah satu penulis studi dari Dr. Nawab Qizilbash.
Meski demikian ia berspekulasi bahwa sejumlah faktor seperti pola makan (diet), olahraga, kekurangan vitamin D mungkin memainkan peran dalam hal ini.
Kesimpulan ini didapat setelah para peneliti menganalisis data dari hampir dua juta orang berusia 40 tahun dan lebih tua di Inggris.
Pada awal studi, tak ada satupun para partisipan terdiagnosa demensia. Namun, setelah 20 tahun sekitar 46 ribu orang terdiagnosa demensia.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Diabetes & Endocrinology ini juga menemukan hal mengejutkan. Apakah itu? Para peneliti mengatakan bahwa partisipan yang mengalami kelebihan berat badan di usia pertengahan justru terlindungi kesehatan otaknya.
Para peneliti mengatakan, orang yang memiliki indeks massa tubuh 40 atau lebih, 29 persen lebih rendah berisiko mengembangkan demensia ketimbang orang yang kekurangan berat badan.
"Orang yang mengalami obesitas di usia pertengahan terlihat tak berisiko lebih tinggi menderita demensia saat usia senja," imbuh Qizilbastold.
Namun begitu, lagi-lagi ia mengatakan bahwa penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk menentukan bagaimana pengaruh berat badan pada risiko tipe demensia berbeda seperti Alzheimer dan penyakit pembuluh darah.
Seperti diketahui, demensia adalah suatu kondisi di mana kemampuan otak mengalami penurunan. Akibatnya, penderita mengalami gangguan ingatan dan pikiran sehingga mudah lupa alias pikun. Selain itu penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian juga mengalami kemunduran. (LiveScience)
Tag
Komentar
Berita Terkait
-
Menkes Budi: Populasi Lansia di Jakarta Meningkat, Layanan Kesehatan Harus Beradaptasi
-
5 Rekomendasi Smartwatch yang Ramah Orang Tua, Simpel Gampang Dipakai
-
Tiket Kereta Lansia Diskon Berapa Persen? Simak Penjelasan Berikut
-
6 Skincare Viva untuk Mencerahkan Wajah, Lintas Generasi Bisa Pakai
-
Rahasia Orang Okinawa Bisa Hidup 100 Tahun Lebih,Ternyata Sesederhana ini!
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
Terkini
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya