Suara.com - Filiriasis atau kaki gajah merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan melalui nyamuk. Pada penderitanya, penyakit kaki gajah dapat menimbulkan kecacatan menetap ditandai dengan pembengkakan pada kaki, tangan, payudara, hingga skrotum.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, HM Subuh mengatakan nyamuk jenis apapun bisa menjadi vektor penular cacing filiria dengan cara menggigit manusia atau binatang.
"Semua nyamuk bisa menularkan penyakit kaki gajah ini. Baik yang hidup di sawah, got, rawa-rawa hingga tanaman air. Jadi harus hati-hati kalau berada di daerah yang banyak nyamuknya," kata Subuh pada temu media pencanangan 'Bulan Eliminasi Kaki Gajah' di Jakarta, Rabu (30/9/2015).
Karena nyamuk menjadi penular penyakit kaki gajah, Subuh pun mengimbau masyarakat melakukan pencegahan untuk menghindari gigitan nyamuk dan memberantas nyamuk.
Pertama, kata dia, menjaga kebersihan lingkungan dan membasmi tempat-tempat yang mungkin menjadi sarang nyamuk. Kedua, hindari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu saat tidur, menggunakan obat nyamuk semprot atau bakar, memakai obat oles anti nyamuk, atau menutup ventilasi rumah dengan kawat kassa.
Untuk pencegahan dari dalam tubuh, Subuh pun mengimbau masyarakat mengonsumsi obat antikaki gajah berjenis Albendazole atau Dietil Carbamazin sekali setahun selama lima tahun. Mengonsumsi obat ini secara rutin, menurut Subuh, efektif dalam memutus rantai penularan kaki gajah.
"Obat ini juga aman dan sudah dibuktikan bertahun-tahun lamanya," imbuh Subuh.
Pembagian obat antikaki gajah ini dilakukan setiap Oktober sebagai Bulan Eliminasi Kaki Gajah yang bisa didapatkan di puskesmas terdekat. Efek samping dari konsumsi obat ini antara lain sakit kepala, pusing, mual, diare, lemas, gatal-gatal, sebagai reaksi dari anak cacing yang mati dalam tubuh.
"Ibu hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan lansia di atas 70 tahun tidak disarankan mengonsumsi obat ini. Bagi penderita penyakit hipertensi, jantung dan penyakit hati juga harus mendapatkan pengawasan dokter ketika mengonsumsi obat ini," pungkas Subuh.
Berita Terkait
Terpopuler
- Belajar dari Tragedi Bulan Madu Berujung Maut, Kenali 6 Penyebab Water Heater Rusak dan Bocor
- Penampakan Rumah Denada yang Mau Dijual, Lokasi Strategis tapi Kondisinya Jadi Perbincangan
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- Reaksi Kocak Amanda Manopo Ditanya Malam Pertama Usai Menikah: Kita Coba Hari Ini
Pilihan
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
-
Pundit Belanda: Patrick Kluivert, Alex Pastoor Cs Gagal Total
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
Terkini
-
Otak Ternyata Bisa Meniru Emosi Orang, Hati-hati Anxiety Bisa Menular
-
National Hospital Surabaya Buktikan Masa Depan Medis Ada di Tangan AI!
-
Inovasi Bedah Robotik Pertama di Indonesia: Angkat Kanker Payudara Tanpa Hilangkan Bentuk Alami
-
Riset Ungkap Rahasia Bahagia: Bergerak 15 Menit Setiap Hari Bikin Mental Lebih Sehat
-
Mengembalikan Filosofi Pilates sebagai Olahraga yang Menyatukan Gerak, Napas, dan Ketenangan
-
Perawatan Mata Modern di Tengah Maraknya Gangguan Penglihatan
-
Terungkap! Ini Rahasia Otak Tetap Prima, Meski di Usia Lanjut
-
Biar Anak Tumbuh Sehat dan Kuat, Imunisasi Dasar Jangan Terlewat
-
Susu Kambing Etawanesia Bisa Cegah Asam Urat, Ini Kata dr Adrian di Podcast Raditya Dika
-
Toko Roti Online Bohong Soal 'Gluten Free'? Ahli Gizi: Bisa Ancam Nyawa!