Suara.com - Kaki gajah atau elephantiasis merupakan penyakit infeksi yang bersifat menahun.
Penyakit yang dalam bahasa medisnya disebut filiriasis ini disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk jenis apapun.
Cacing filaria dapat bertahan hidup selama 4-6 tahun dalam saluran getah bening dan berkembang biak hingga menghasilkan jutaan anak cacing yang beredar dalam darah.
Pada tahap awal, infeksi cacing filiaria seringkali tidak menunjukkan gejala khas sehingga penderita tak menyadarinya. Penderitanya seringkali hanya merasakan demam berulang selama 3-5 hari.
Demam, kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, HM Subuh, akan mereda jika pasien beristirahat.
Namun, lanjut dia, akan muncul lagi ketika penderita kelelahan.
"Jadi, demam bisa sembuh tanpa obat, tapi jangan salah, cacing filarianya bisa saja sedang menjalar ke seluruh tubuh," kata Subuh pada temu media pencanangan 'Bulan Eliminasi Kaki Gajah' di Jakarta, Rabu (30/9/2015).
Sebagai reaksi dari masuknya cacing filaria, tambah dia, tubuh bisa mengalami pembengkakan saluran getah bening di daerah lipatan paha atau ketiak yang tampak kemerahan, terasa panas dan sakit. Jika reaksi tubuh berlanjut, bisa timbul bisul yang pecah kemudian mengeluarkan nanah dan darah.
"Sayangnya banyak penderita kaki gajah tidak menunjukkan gejala sama sekali, tapi ditubuhnya terdapat cacing filaria," imbuh Subuh.
Oleh karena itu sebagai tindakan pencegahan, ia mengimbau masyarakat terutama di daerah endemi untuk mengonsumsi obat pencegah kaki gajah yang diminum sekali dalam setahun selama lima tahun. Obat ini dinilai efektif memutus rantai penularan kaki gajah.
"Kalau sudah menahun, penderita akan mengalami kecacatan tetap. Hal ini juga bisa menurunkan tingkat kepercayaan dirinya dan menghambat produktivitasnya sehari-hari," terangnya.
Dalam Bulan Eliminasi Kaki Gajah yang jatuh pada 1 Oktober, puskesmas di seluruh Indonesia memberikan obat antikaki gajah gratis yakni Albendazole dan Dietil Carbamazin kepada masyarakat setempat. Selain itu dilakukan, kata Subuh, dilakukan pula deteksi dini kaki gajah melalui pemeriksaan darah.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
Terkini
-
K-Pilates Hadir di Jakarta: Saat Kebugaran, Kecantikan, dan Wellness Jadi Satu
-
Plak, Gusi Berdarah, Gigi Berlubang: Masalah Sehari-Hari yang Jadi Ancaman Nasional?
-
Mudah dan Ampuh, 8 Cara Mengobati Sariawan yang Bisa Dicoba
-
5 Inovasi Gym Modern: Tak Lagi Hanya Soal Bentuk Tubuh dan Otot, Tapi Juga Mental!
-
Dua Pelari Muda dari Komunitas Sukses Naik Podium di Jakarta Running Festival 2025
-
Seberapa Kuat Daya Tahan Tubuh Manusia? Ini Kata Studi Terbaru
-
Langkah Kecil, Dampak Besar: Edukasi SADARI Agar Perempuan Lebih Sadar Deteksi Dini Kanker Payudara
-
Ginjal Rusak Tanpa Gejala? Inovasi Baru Ini Bantu Deteksi Dini dengan Akurat!
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru