Suara.com - Bertepatan dengan peringatan Hari Toilet Dunia yang jatuh pada hari ini, 19 November, UNICEF mengeluarkan pernyataan bahwa kekurangan akses ke toilet membahayakan jutaan anak paling miskin di dunia.
Pernyataannya itu dikemukakan merujuk kepada bukti yang muncul mengenai kaitan antara kebersihan yang tak layak dan kurang gizi.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dalam siaran persnya mengemukakan bahwa sebanyak 2,4 miliar orang di dunia tak memiliki toilet dan 946 juta orang --rata-rata satu dari delapan warga dunia-- buang air besar di tempat terbuka.
Sementara itu, sebanyak 159 juta anak yang berusia di bawah lima tahun bertubuh kecil --pendek untuk anak seusia mereka-- dan sebanyak 50 juta anak tersia-siakan (memiliki berat di bawah normal untuk anak seusia mereka, katanya.
Satu laporan yang dikeluarkan pada Rabu oleh UNICEF, USAID dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk pertama kali mempersatukan bertahun-tahun penelitian dan studi kasus yang memperlihatkan hukuman antara kebersihan dan kurang gizi.
"Yang lebih penting, itu memberi panduan bagi tindakan," kata UNICEF di Markas Besar PBB, New York, Rabu (18/11/2015), waktu setempat, sebagaimana dikutip Xinhua.
Pernyataan UNICEF itu merujuk kepada laporan yang berjudul "Improving Nutrition Outcomes with Better Water, Sanitation and Hygiene" untuk meningkatkan kesadaran mengenai warga dunia yang tak memiliki akses ke toilet. Meskipun pada kenyataannya hak asasi manusia lah untuk memiliki kebersihan dan air bersih.
Tahun ini, Hari Toilet Dunia dipusatkan pada hubungan antara kebersihan dan gizi, dan menarik perhatian masyarakat dunia pada pentingnya toilet dalam mendukung gizi yang lebih baik dan peningkatan kesehatan.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa kurangnya akses ke kebersihan dan air minum yang bersih, serta tak-adanya praktik kesehatan yang baik, termasuk di antara kasus yang mendasari gizi buruk.
"Kita perlu mewujudkan penyelesaian nyata dan inovatif bagi masalah tersebut, yang memungkinkan orang pergi ke toilet sebab jika tidak kita berarti gagal berbuat untuk jutaan anak yang paling miskin dan paling rentan," kata Sanjay Wijesekera, pemimpin Program Kesehatan, Kebersihan, dan air Global di UNICEF.
"Bukti mengenai kaitan dengan kurang gizi adalah salah satu petunjuk lain yang memperkuat pendapat bagaimana reaksi kita yang saling terkait pada kebersihan harus dilancarkan kalau kita mau berhasil," katanya.
Diare menjadi penyebab atas sembilan persen kematian anak yang berusia di bawah lima tahun setiap tahun dan adalah penyakit yang bersumber dari kotoran, tempat kuman tertelan akibat kontak dengan kotoran yang tercemar.Di tempat angka penggunaan toilet rendah, anak diare cenderung tinggi.
Anak-anak yang berusia di bawah lima tahun menderita 1,7 miliar kasus diare per tahun. Anak yang berada di negara dengan penghasilan rendah mengalami pukulan paling keras, rata-rata tiga babak per tahun. Yang paling sering menjadi korban adalah anak yang berusia di bawah dua tahun, yang paling lemah dan paling rentan.
Beberapa kali serangan diare secara permanen mengubah usus mereka, dan mencegah penyerapan gizi dasar, sehingga mereka terancam pertumbuhan mereka terhambat dan bahkan kematian.
Sebanyak 300.000 anak yang berusia di bawah lima tahun meninggal setiap tahun --lebih dari 800 setiap hari-- akibat penyakit diare yang berkaitan dengan kesehatan, kebersihan, dan air yang tak layak. Anak-anak yang paling miskin di Sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan paling terancam. (Antara/Xinhua-OANA)
Berita Terkait
-
Jangan Anggap Sepele, Ini 6 Bahaya Drainase Rumah yang Tersumbat
-
Standar Dapur MBG Ditingkatkan, Insentif Fasilitas Harian Rp 6 Juta Kini Bisa Dioptimalkan
-
Dari ISPA hingga Trauma: Ancaman Ganda yang Mengincar Anak di Wilayah Bencana
-
Banjir Sumatera: IDAI Soroti Krisis Air Bersih dan Lonjakan Penyakit Menular pada Anak
-
IDAI Ingatkan: Dalam Situasi Bencana, Kesehatan Fisik hingga Mental Anak Harus Jadi Prioritas
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia