Suara.com - Stres, konsumsi makanan pedas atau asam dan pola makan tak teratur kerap disalahkan sebagai pemicu penyakit maag. Namun, peneliti University of Western Australia, Prof Barry James Marshall menemukan fakta baru, bahwa maag juga bisa dipicu oleh bakteri.
Menurut Prof Marshall, bakteri ini hidup selama bertahun-tahun di lambung manusia. Ia meyakini bahwa faktor kebersihan dan higienitas memainkan peranan penting yang membawa kuman ini hinggap di tubuh manusia.
"Penyebab dipengaruhi oleh higenitas makanan yang dikonsumsi, ketersediaan air bersih, toilet yang bersih dan lingkungan yang ditinggali. Jadi semua orang, walau berbeda suku atau status sosial ekonomi bisa terinfeksi bakteri ini jika tidak memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan," ujar penerima Nobel Prize Laureate 2005 ini pada 'Guest Lecture' di FKUI-RSCM, Selasa (15/3/2016).
Sementara itu, dokter spesialis penyakit dalam, Divisi Gastroenterologi FKUI-RSCM, Ari Fahrial Syam mengatakan bahwa angka kejadian infeksi H Pylori di Indonesia mencapai angka 22,1 persen. Ini artinya 1 dari 5 orang yang mengalami gangguan lambung dipicu oleh infeksi bakteri H. Pylori.
Sayangnya, gejala maag yang dipicu stres, pola makan ataupun bakteri tidak bisa dibedakan secara pasti. Namun dokter Ari mengingatkan bahwa kondisi maag yang tak berangsur pulih setelah diobati selama satu bulan, bisa dicurigai bakteri sebagai penyebabnya.
"Kita akan lakukan pemeriksaan melalui endoskopi lalu diambil sampel untuk dibiopsi jika memang terbukti karena bakteri maka harus segera diobati agar tidak memicu penyakit lainnya seperti ulkus di Lambung atau bahkan kanker lambung," imbuhnya.
Pengobatan penyakit maag yang dipicu oleh bakteri, lanjut Ari dilakukan dengan pemberian dua jenis antibiotik dan obat penekan asam lambung. Proses pengobatan akan berlangsung selama sepuluh hari untuk mematikan bakteri yang ada di lambung sebagai penyebab maag.
Berita Terkait
-
Terobosan Baru! Bagaimana Bakteri Bisa Dipakai untuk Mendeteksi Mikroplastik?
-
Kulkas 711 Liter Ini Bisa Sterilkan Udara Sampai 99,99 Persen, Bikin Makanan hingga ASI Awet!
-
Bahaya Tersembunyi NanoPlastik, Bikin Bakteri Jadi Lebih Mematikan!
-
Awas Keracunan! Berapa Lama Makanan Boleh Disimpan di Suhu Ruangan agar Tetap Aman?
-
Heboh Kasus Keracunan MBG, Ini Cara Masak Telur yang Benar dan Sehat agar Bakterinya Mati
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan