Suara.com - Program Makan Bergizi Gratis yang jadi salah satu program andalan pemerintah terus menuai kontroversi. Belakangan, peristiwa keracunan yang terjadi di Jawa Barat menarik perhatian publik.
Untuk tahu lebih dalam tentang penyebabnya, mari cermati sekilas tentang bahaya bakteri Salmonella dan Bacillus Cereus, yang jadi pemicu peristiwa tersebut.
Makanan program MBG yang seharusnya kaya akan nutrisi dan menyehatkan justru membuat banyak siswa mengalami keracunan.
Laboratorium Kesehatan Daerah Jawa Barat kemudian melakukan penelusuran dan mengidentifikasi adanya bakteri Salmonella dan Bacillus Cereus di dalam makanan yang diberikan pada siswa.
Kedua bakteri ini disebut sebagai bakteri pembusuk, dan terdeteksi ada pada komponen karbohidrat dalam makanan. Bakteri ini yang diduga kuat jadi dalang dibalik keracunannya 1,333 pelajar di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat.
Bahaya Bakteri Salmonella dan Bacillus Cereus
Bakteri Salmonella dan Bacillus Cereus yang mengkontaminasi makanan dapat menyebabkan berbagai gejala keracunan. Pasalnya kedua bakteri ini ‘berperan’ sebagai bakteri pembusuk ketika menempel pada bahan makanan.
Ketika bahan makanan mengalami proses pembusukan lebih cepat, risiko terjadinya keracunan akan meningkat. Hal ini karena kandungan kimia di dalam makanan bisa berubah dan menjadi zat yang berbahaya.
Jika melihat apa yang terjadi di Jawa Barat beberapa hari yang lalu, siswa yang mengkonsumsi makanan terkontaminasi mengalami mual, muntah, diare, hingga sakit perut. Jika tidak segera diberi pertolongan, korban bisa jadi mengalami kondisi yang lebih parah, seperti dehidrasi dan sejenisnya.
Baca Juga: Dari Tahu Isi Krispi Hingga Rujak Dadakan! Viral Aksi Kocak Siswa Daur Ulang Menu MBG di Sekolah
Kedua bakteri ini, Salmonella dan Bacillus Cereus, dapat mengkontaminasi makanan ketika makanan disimpan pada suhu ruang yang terlalu lama.
Dr. Ryan Bayusantika RIstandi, pada salah satu pernyataannya menyampaikan bahwa makanan yang disimpan pada suhu ruang lebih dari enam jam tanpa pengontrolan suhu yang tepat berisiko besar ditumbuhi bakteri seperti ini.
Sebenarnya secara alami, makanan memang akan mengalami proses pembusukan. Namun dengan adanya dua bakteri tersebut, pembusukan terjadi lebih cepat, dan kualitas makanan akan menurun dengan lebih cepat pula.
Memetakan Risiko Keracunan Makanan, Hindari Terjadi di Masa Depan
Untuk menghindari kejadian serupa, jelas pihak terkait harus melakukan evaluasi. Selain memperbaiki prosedur persiapan dan penyajian MBG, ada baiknya juga setiap pihak memahami benar apa saja hal yang dapat meningkatkan risiko keracunan makanan.
- Pertama, adanya bakteri kontaminan yang berbahaya untuk pencernaan, seperti Salmonella, Campylobacter, Escherichia, hingga Listeria dan Vibrio Cholerae
- Kedua, adanya kontaminasi virus berbahaya seperti misalnya virus Hepatitis A
- Ketiga, adanya parasit seperti cacing trematoda atau cacing pita
- Keempat, adanya prion. Prion adalah bahan infeksi yang terdiri dari protein, seperti misalnya Bovine spongiform encephalopathy atau BSE
- Kelima, kontaminasi bahan kimia pada makanan mulai dari logam berat, polutan organik persisten, atau polutan lainnya
Pada dasarnya, proses pemasakan, penyimpanan, dan penyajian yang mengedepankan higienitas menjadi kunci agar makanan yang disajikan tidak terkontaminasi bahan yang dapat memicu keracunan.
Berita Terkait
-
Prabowo Sebut Program MBG Ciptakan 1,5 Juta Lapangan Kerja Baru
-
Curhat Ahli Gizi Program MBG: Buat Siklus Menu Sehat Ujung-ujungnya Gak Terpakai
-
Dari Tahu Isi Krispi Hingga Rujak Dadakan! Viral Aksi Kocak Siswa Daur Ulang Menu MBG di Sekolah
-
Gaji Cuci Nampan MBG Viral Tembus Rp1,8 Juta, Juru Masaknya Bisa Rp5 Juta?
-
7 Rekomendasi Masakan yang Tahan Lama dan Tidak Cepat Basi untuk MBG
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
6 Shio Diprediksi Bakal Beruntung pada 30 Desember 2025, Siap-Siap Dapat Rezeki!
-
5 Rekomendasi Parfum Lokal yang Wanginya Nempel 12 Jam di Baju, Harga Terjangkau
-
Menjelang 2026, Ini Ulasan Tren Hunian, Ruang Kerja, dan Wellness di Asia
-
Tren Kota Modern di Asia: Mulai dari Bangunan, Teknologi, hingga Gaya Hidup
-
4 Sepatu Lokal Mirip Samba yang Stylish dan Terjangkau Mulai Rp200 Ribuan
-
Katalog Promo Tebus Murah Alfamart Mulai Rp5 Ribu, Cek sebelum Berakhir!
-
6 Cushion dengan Hasil Akhir Velvet Matte untuk Tampilan Halus seperti Beludru
-
5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
-
Daftar Promo Makanan Spesial Akhir Tahun 2025, Hidangan Jepang hingga Kopi Kekinian
-
5 Rekomendasi Sheet Mask Kolagen untuk Samarkan Penuaan Usia 40 Tahun