Suara.com - Obesitas atau kelebihan berat badan kini tak hanya dialami oleh orang dewasa, tapi juga anak-anak bahkan balita.
Berbagai studi juga telah membuktikan pengaruh obesitas pada anak yang dapat memicu berbagai penyakit kardiovaskular mulai dari penyakit jantung dan stroke di masa mendatang.
Psikolog Naomi Soetikno mengatakan obesitas pada anak salah satunya dapat disebabkan kesalahan orangtua dalam mengasuh buah hatinya.
"Peranan orangtua membuat sang anak obesitas itu sangat besar. Banyak orangtua yang membiarkan anaknya makan apapun dan kapanpun agar tidak rewel, pada akhirnya anak banyak makan dan membuat lemak menumpuk menjadi obesitas," ujarnya pada temu media 'Yuk Main di Luar' yang dihelat Nuvo, Selasa (23/8/2016).
Anak, lanjut Naomi, juga akan meniru kebiasaan orangtua dalam hal apapun termasuk mengonsumsi makanan. Jika orangtua terbiasa mengonsumsi makanan tak sehat, maka anak akan mencontoh dan berpengaruh terhadap kondisi kesehatannya.
"Orangtua mau anaknya makan makanan sehat, tapi dirinya sendiri makan junk food tentu jangan berharap banyak anak akan nurut. Karena saat masa kanak-kanak fase yang berjalan adalah fase modelling," imbuhnya.
Lalu, bagaimana pola asuh yang benar agar anak tak obesitas? Naomi mengatakan bahwa hal pertama yang harus dilakukan orangtua adalah memberi contoh yang baik.
"Orangtua dulu yang menunjukkan bahwa mereka melakukan pola makan yg baik dan sehat. Tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenisnya sehingga anak belajar dari orangtua," tambahnya.
Kedua, bentuk suasana makan yang menyenangkan. Naomi menganjurkan agar anak dan orangtua membiasakan makan di meja makan sehingga bisa saling berdiskusi.
"Kalau makan nggak di meja makan, yang ada anak ambil makanan di dapur lalu dia duduk di depan tv sambil menghabiskan. Itu tidak baik," lanjutnya.
Selain itu orangtua juga sebaiknya tidak memberikan komentar negatif mengenai perilaku makan anak. Hal ini akan membuat suasana makan menjadi tidak menyenangkan.
"Misal anak ngemut langsung dipelototin atau dicubitin. Anak menjadi tidak nyaman saat makan dengan orangtua dan orangtua akan sulit mengawasi pola makan anak," pungkas Naomi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Cek Fakta: Viral Klaim Pigai soal Papua Biarkan Mereka Merdeka, Benarkah?
-
Ranking FIFA Terbaru: Timnas Indonesia Makin Pepet Malaysia Usai Kena Sanksi
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental