Suara.com - Hingga usia 6 bulan, bayi harus mendapat asupan ASI (air susu ibu) secara eksklusif. Setelah itu, tepatnya di atas usia 6 bulan, anak bisa diberikan makanan pendamping ASI yang bertekstur lunak.
Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS mengatakan saat memberikan MPASI, anak harus dikenalkan dengan makanan yang beragam agar saat dewasa tak memiliki kebiasaan pilih-pilih makanan.
Salah satu bahan MPASI yang direkomendasikannya adalah ubi ungu. Prof Ali menyebut, ubi ungu memiliki beragam keunggulan yang tak dimiliki makanan lain, salah satunya antioksidan antosianin dan beta karoten dalam jumlah tinggi.
"Antosianin di dalam ubi ungu kadarnya 110.51 mg dibanding ubi lainnya yang hanya mencapai 0.06-4.56 mg. Sedangkan beta karoten banyaknya mencapai 9900 mkg, dibandingkan ubi lain senilai 260-2900 mkg," ujarnya pada peluncuran SUN Ubi Ungu di Jakarta, belum lama ini.
Antisionin, lanjut Prof Ali, berfungsi untuk memberikan perlindungan tubuh dari racun, radikal bebas dan anti bakteri patogen. Ubi ungu juga tergolong karbohidrat kompleks dan tinggi serat sehingga tak menyebabkan lonjakan gula darah secara drastis.
Namun bagi Anda yang ingin mengolah ubi ungu sebagai makanan pendamping ASI bagi buah hati, campurkan bahan tersebut dengan susu untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Susu kaya akan protein dan memiliki rasa yang lezat.
"Kalau ubi ungu saja kan berarti anak hanya dapat karbohidratnya saja, proteinnya tidak ada, jadi ditambah susu lebih bagus," tambahnya.
Sedangkan bagi Anda yang tak punya waktu untuk mengolah MPASI sendiri, maka MPASI fortifikasi bisa jadi alternatif. SUN, mengeluarkan MPASI varian Ubi Ungu yang diklaim mengandung kebutuhan gizi mikro dan makro bayi.
"SUN Ubi Ungu saya rasa bisa menjadi pilihan lain untuk menu MPASI bayi. Kandungannya juga tidak hanya ubi ungu, namun ada serealia, susu, 11 vitamin dan mineral lainnya. Jadi gizi mikro dan makronya bisa sekaligus terpenuhi," tambah dia.
Menyoal mengenai kekhawatiran para ibu terhadap adanya bahan pengawet buatan di dalam MPASI instan, Prof Ali mengatakan bahwa ada aturan yang dikeluarkan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) bahwa produk MPASI tak boleh mengandung pengawet, pemanis atau perasa buatan.
"Yang membuat ubi ungu ini awet adalah teknologi pangan yang digunakan. Proses drum drying membuat ubi ungu diolah menjadi tepung sehingga lebih tahan lama dan aman dikonsumsi," pungkasnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan