Suara.com - Hampir seluruh makanan yang kita jumpai menggunakan monosodium glutamat (MSG) yang populer dengan sebutan penyedap rasa dalam pembuatannya. Bahkan tak sedikit jajanan anak-anak yang memiliki varian rasa berbeda, sebagai hasil dari campuran pemanis buatan.
Tentu saja paparan makanan ber-MSG ini tak bagus bagi kesehatan anak. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, anak justru tak mengenal rasa asli dari suatu makanan, karena paparan MSG, pengawet, pemanis dan pewarna buatan.
Ketua Komunitas Organik Indonesia (KOI), Christopher Emille Jayanata mengatakan, paparan keempat bahan tersebut mungkin tak langsung berdampak pada kesehatan anak. Tapi, efeknya baru terasa bertahun-tahun kemudian ketika anak dewasa.
Oleh karena itu, menurutnya, penting bagi orangtua untuk mengajarkan anak, rasa asli dari suatu makanan dan menghindari bahan-bahan buatan kimia diatas. Di komunitasnya, lelaki yang akrab disapa Emil ini memiliki program 'Sekolah Rasa' untuk mengedukasi anak-anak dalam membedakan rasa dari suatu bahan makanan.
"Misalnya kencur aslinya rasanya kayak apa, jahe kayak apa. Karena makanan-makanan yang dijual sekarang sudah dikuasai MSG, pengawet, pemanis buatan sehingga dikhawatirkan anak menjadi ketergantungan," ujarnya saat ditemui di acara Organic, Green, and Healthy (OGH) Expo di Bentara Budaya Jakarta, Minggu (16/10/2016).
Tentu saja edukasi ini lebih dahulu diterapkan Emil pada keluarganya. Ia sudah membiasakan anaknya untuk menghindari makanan yang mengandung MSG, pewarna, pemanis dan pengawet buatan sejak kecil. Hasilnya, pengenalan sejak dini ini efektif membuat anaknya pandai memilih makanan sehat.
"Saya sendiri punya anak, usia 8 dan 15 tahun. Mereka itu kalau yang namanya makanan udah milih. Misalnya, bukan nasi putih, makanan serba MSG, perwarna, udah pasti nggak mau. Chiki-chiki sudah pasti nggak mau," ungkapnya.
Emil tak hanya membombardir anaknya dengan kata-kata, tapi juga memberikan contoh nyata bagaimana makanan berperisa dan pengawet buatan, lebih tinggi risiko memicu penyakit.
"Saya kasih contoh banyak orang sakit ini karena ini. Mereka makan nggak sehat. Jadi saya kasih inspirasi itu dan mereka mengikutinya," tambah dia.
Emil pun mengakui bahwa anaknya jarang sakit dengan pola hidup sehat yang telah ditanamkannya sejak kecil. Oleh karena itu ia mengimbau para orangtua lebih aktif mengajak anaknya menjalani pola hidup sehat sedini mungkin.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan