Suara.com - Nyeri lutut adalah masalah kesehatan yang umum dijumpai berbagai usia. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari cedera saat berolahraga, kecelakaan, obesitas, hingga proses penuaan yang tak dapat dicegah. Tentu saja hal ini tak hanya menimbulkan rasa tak aman, namun juga menurunkan produktivitas dan kualitas hidup penderita.
Disampaikan, spesialis bedah saraf, Mahdian Nur Nasution dari Klinik Nyeri dan Tulang Belakang Jakarta, penanganan nyeri lutut biasanya dilakukan dengan pemberian obat-obatan, terutama obat anti inflamasi nonsteroid, yang digadang-gadang dapat memicu efek samping pada saluran cerna, jantung dan ginjal.
Ada pula teknik lain yakni prosedur operasi dan penggantian sendi, dengan persiapan dan masa penyembuhan yang memakan waktu dan biaya yang tak sedikit.
"Nggak semua orang mau lututnya diganti. Operasi risikonya juga tinggi, apalagi untuk pasien dengan penyakit metabolik seperti diabetes dan jantung. Hal ini cukup berisiko," ujar Mahdian, pada temu media di Jakarta, Minggu (23/10/2016).
Untungnya kini ada terapi baru untuk menangani nyeri kronis pada lutut, yang dinamakan genicular nerve block and ablation. Mahdian menuturkan bahwa penanganan ini mulai digunakan di berbagai negara maju dalam menangani nyeri lutut kronis.
"Terapi ini menggunakan radiofrekuensi, sehingga efek samping minimal dan pasien dapat cepat kembali beraktivitas setelah prosedur dilakukan," ujarnya.
Lalu bagaimana cara kerja terapi ini? Mahdian menjelaskan, tiga dari enam saraf-saraf genicularis pada lutut yang berfungsi menghantarkan nyeri akan dibaalkan melalui pemanasan saraf menggunakan radiofrekuensi sehingga rasa nyeri bisa ditekan.
"Sebelumnya akan dilakukan anestesi lokal untuk mendeteksi apakah tindakan ablasi akan efektif meredakan nyeri yang diderita pasien. Barulah selanjutnya dilakukan pembaalan menggunakan radiofrequency dengan tingkat panas tertentu," tambahnya
Tak seperti tindakan operasi, metode genicular nerve block & ablation ini, kata Mahdian, dapat dilakukan tanpa rawat inap. Sehingga pasien tidak membutuhkan biaya tambahan, dan dapat langsung beraktivitas setelahnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah