Suara.com - Pada sebagian kecil kasus, ada orang yang meninggal mendadak usai berolahraga. Hal ini tentu saja mengagetkan banyak pihak, karena tak ada tanda-tanda penyakit tertentu yang diidap orang tersebut sebelumnya.
Ternyata, disampaikan Dokter Spesialis Jantung RS Jantung Diagram Cinere, Jeffrey Wirianta, kematian seseorang secara mendadak bisa disebabkan akibat henti jantung secara tiba-tiba.
"Menurut American Heart Association (AHA), meninggal akibat henti jantung adalah kematian mendadak yang terjadi dalam 1 jam sejak gejala pertama muncul," ujar dr Jeffrey pada temu media belum lama ini.
Kondisi henti jantung mendadak, tambah dia, biasanya didahului dengan beberapa gejala, mulai dari pingsan, pandangan gelap, pusing, nyeri dada, sesak napas, lemas hingga muntah. Namun, pada beberapa orang, kematian mendadak tidak disertai keluhan apapun sebelumnya.
"Lebih dari setengah kasus henti jantung mendadak terjadi saat tidak ada yang melihat, misalnya ketika tidur. Bahkan, 85 persen kasus terjadi di rumah, dan 8 persen kasus saja yang bisa terselamatkan," tambah dia.
Orang-orang yang berisiko mengalami kematian mendadak akibat henti jantung ini, kata dia, adalah mereka yang memiliki riwayat jantung koroner, gangguan irama jantung atau pada perempuan yang mengalami preeklamsi saat hamil.
"Selain itu, jika ada keluarga yang pernah mengalami meninggal mendadak karena henti jantung, kita juga harus lebih waspada. Kemungkinan kita mengalami hal yang sama cukup besar," ujarnya.
Untuk mendeteksi adanya risiko henti jantung yang mengakibatkan kematian mendadak ini, dr Jeffrey merekomendasikan seseorang melakukan pemeriksaan jantung mendasar, yang meliputi EKG, tes treadmill, multislicect scan jantung, hingga kateterisasi jantung.
Jika melalui pemeriksaan, seseorang terdeteksi mengalami gangguan irama jantung, maka menurutnya bahwa kondisi ini harus segera mendapatkan penanganan. Salah satunya menggunakan alat ICD dan CRT-D yang akan ditanam di bawah lemak dada.
Baca Juga: 5 Tips Jadi Pakar Pakai WhatsApp
"Kalau ada gangguan irama jantung maka alat ini akan menunggu hingga 7 detik. Jika tidak ada perubahan, maka alat ini akan melemparkan listrik ke sel otot jantung," ujar dia.
Sedangkan untuk pencegahannya, seseorang dianjurkan untuk menjalani pola hidup sehat meliputi konsumsi makanan sehat, olahraga, mengontrol tekanan darah, kolesterol dan gula darah, konsumsi obat jantung teratur dan berhenti merokok.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan