Suara.com - Sebuah uji eksperimental mengenai autisme pada bayi menunjukkan bahwa scan otak ditambah algoritma komputer dapat mendeteksi bayi yang masih berusia satu tahun akan mengalami autis saat masuk usia kedua.
Dirangkum dari HealthDay News, teknik eksperimental terbaru tersebut menggunakan screening otak yang dirancang fokus pada bayi yang baru lahir. Hanya saja, uji eksperimental tersebut baru bisa dilakukan pada anak yang memiliki kakak yang juga mengidap autis.
 
Pendekatan skrining baru diuji pada sekitar 150 bayi dan lebih dari 100 di antaranya dianggap berisiko tinggi untuk mengembangkan autisme karena latar belakang keluarga.
Anak biasanya tidak menunjukkan gelaja gangguan autisme sebelum memasuki tahun ke dua mereka hidup. Dengan menggunakan metode scan, peneliti dapat mengintip pergeseran ukuran, luas permukaan dan ketebalan pada bagian tertentu serebral korteks bayi. 
Dengan begitu, peneliti dapat meramalkan risiko autisme dengan akurasi hingga 80 persen. "Temuan ini menunjukkan riam perubahan otak di dua tahun pertama kehidupan yang mengakibatkan munculnya autisme pada akhir tahun kedua," jelas penulis senior studi Dr Joseph Piven, seorang direktur dari Carolina Institute for Developmental Disabilities di University of North Carolina, Chapel Hill.
Piven menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir dan memiliki saudara kandung dengan autisme menghadapi risiko lima kali lebih tinggi di banding bayi tanpa riwayat autisme. Scan MRI dilakukan pada bayi berusia 6 bulan, 1 tahun dan 2 tahun. 
Menurut hasil penelitian, bayi yang memiliki risiko menghadapi autisme adalah bayi dengan pertumbuhan luas permukaan otak yang relatif lebih tinggi pada rentang usia 6 bulan hingga 1 tahun. 
Pertumbuhan permukaan otak yang luas pada tahun pertama kehidupan, sangat terkait dengan ukuran otak di tahun kedua kehidupan. Menurut peneliti, pertumbuhan berlebih pada otak ini merupakan penanda risiko autisme. 
"Temuan ini menunjukkan bahwa di masa depan, awal pencitraan otak mungkin dapat memprediksi risiko autisme dan mengidentifikasi bayi yang mungkin masih beruntung mendapatkan intervensi sebelum gejala muncul dan ketika otak masih mudah dibentuk."
Namun Piven juga memperingatkan bahwa temuan ini bersifat "eksperimental," dan perlu direplikasi dengan penelitian lebih lanjut.Dia juga menambakan bahwa belum ada perawatan yang disepakati bagi bayi yang sudah dianggap berisiko memiliki autisme. "Jadi masih banyak pertanyaan yang perlu dicari sebelum alat ini benar-benar tersedia," ungkapnya.
Meski demikian, Wakil Presiden dan Head of Genomic Discovery, Mathew Pletcher saat berbicara di event Autism Speaks di New York City mengatakan bahwa penelitian ini sangat penting karena dapat mendiagnosis autisme secara akurat dan memastikan dengan hasil terbaik. 
"Dan semakin cepat seseorang bisa mulai terapi, manfaat yang lebih besar akan mereka terima dari itu seluruh hidup mereka," tutur Pletcher seperti yang dikutip dari webmd.com. (Risna Halidi)
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
 - 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
 - 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
 - 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
 - 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
 
Pilihan
- 
            
              Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
 - 
            
              Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
 - 
            
              Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
 - 
            
              Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
 - 
            
              5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
 
Terkini
- 
            
              Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
 - 
            
              Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
 - 
            
              Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
 - 
            
              Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
 - 
            
              Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
 - 
            
              Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
 - 
            
              Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
 - 
            
              Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
 - 
            
              Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
 - 
            
              Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara