Suara.com - Di antara sekian banyak jenis kanker, ada beberapa jenis yang kerap menyerang anak-anak. Jumlah kasusnya memang tidak lebih banyak dari kanker pada dewasa, tapi hal ini menjadi penyebab kematian kedua terbesar pada anak di rentang usia 5-14 tahun.
Disampaikan dokter spesialis anak RS Kanker Dharmais Edi Tehuteru, dari sekian jenis kanker pada anak, hanya kanker retinoblastoma atau kanker bola mata yang bisa dideteksi dini menggunakan alat bernama oftalmoskop.
"Deteksi dini untuk retinoblastoma sendiri dinamakan ‘Tes Lihat Merah’. Pemeriksaannya bisa dilakukan seorang tenaga kesehatan dengan menggunakan alat yang disebut oftalmoskop," ujar dr Edi pada temu media Peringatan Hari Kanker Anak di Jakarta, Senin (20/2/2017).
Ia menambahkan, pemeriksaan ini bisa melihat ada tidaknya gejala kanker bola mata yang meliputi bintik putih di bagian hitam bola mata. Mata tampak seperti mata kucing, juling, pembesaran bola mata, atau peradangan pada jaringan bola mata.
"Kasus kanker ini biasanya terjadi pada balita di bawah usia 5 tahun. Kalau di atas 5 tahun nggak ada kasus retinoblastoma," tambah dia.
Pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnosis kanker retinoblastoma adalah cek darah lengkap, aspirasi sumsum tulang, hingga CT scan mata dan otak. Dr Edi mengatakan, penanganan yang biasa dilakukan pada pasien kanker bola mata adalah operasi pengangkatan bola mata, kemoterapi hingga radiasi.
"Jika ditemukan dalam stadium lanjut, kanker bola mata bisa menyebar ke sumsum tulang hingga otak. Operasinya juga bisa yang diangkat sampai kelopaknya karena terlanjur menyebar," tambah dia.
Sedangkan jika ditemukan dalam stadium awal, Ia mengatakan, peluang kesembuhan pasien anak dengan kanker bola mata bisa mencapai 80 persen. Sayangnya, masih banyak orangtua yang terlalu lama memutuskan tindakan untuk buah hatinya sehingga berakhir dengan kematian.
"Kalau saya bilang ini harus diangkat bola matanya, banyak orangtua yang bilang mau rapat keluarga. Kalau sehari dua hari nggak papa, ini ada yang sampai 6 bulan, anak jadi terlambat tertangani," tambah dia.
Baca Juga: Posisi iPhone di Cina Anjlok
Penyebab pasti kanker retinoblastoma memang belum diketahui pasti. Namun dr Edi menyebut bahwa kombinasi antara faktor genetik, virus, paparan zat kimia dan radiasi memainkan peran menyebabkan kanker retinoblastoma.
"Pencegahan nggak ada. Sehebat apapun anak melakukan pola hidup sehat, tidak bisa mencegah kanker anak. Itulah bedanya kanker anak dengan kanker dewasa," pungkas dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan