Suara.com - Indonesia darurat tuberkulosis (TB). Hal ini terlihat dari angka kejadian TB di Indonesia yang masih tinggi.
Data 2015 menyebut bahwa kasus TB di Indonesia mencapai 395 kasus per 100 ribu penduduk. Hal ini menempatkan Indonesia pada peringkat dua negara dengan jumlah penderita TB tertinggi di dunia.
Wakil Ketua Komite Ahli Tuberkulosis dr Erlina Burhan, Sp.P dari RS Persahabatan mengatakan bahwa tingginya jumlah penderita TB di Indonesia salah satunya dipicu oleh banyaknya pasien TB yang putus obat.
Di RSUP Persahabatan yang merupakan rujukan penyakit respirasi saja, lanjut dia, jumlah pasien putus obat mencapai 30 persen. Hal ini meningkatkan potensi penularan pada orang-orang di sekitarnya.
"Kumannya ada dari dulu, obatnya ada dan gratis tapi masih banyak pasien TB yang putus obat. Itu sebabnya jumlah kasus TB masih banyak di Indonesia," ujar Erlina pada Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia di RSUP Persahabatan, Jumat (24/3/2017).
Beberapa alasan tingginya kasus putus obat pada pasien TB di Indonesia adalah kesadaran masyarakat yang masih rendah untuk patuh minum obat.
Padahal hanya dengan mengonsumsi obat secara teratur, pasien bisa membantu orang-orang di sekitarnya agar terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh infeksi mycobacterium tuberkulosis.
"Pasien yang drop out atau putus obat di rumah sakit itu susah dilacak. Makanya kita butuh tenaga kesehatan masyarakat untuk datang ke rumah pasien dan mengajaknya kembali berobat. Ini yang masih kurang, padahal treatment dan diagnosis kita sudah mampu atasi," bebernya.
Mencapai eliminasi tuberkulosis di Indonesia, kata Erlina, akan sulit tanpa bantuan lintas sektor. Menurutnya perlu dukungan seperti dari kepala daerah untuk membantu Kementerian Kesehatan dalam menurunkan kasus tuberkulosis di Indonesia.
"Nggak bisa Kemenkes saja yang jalan. Kemendagri bisa perintahkan lurah untuk melacak pasien TB yang putus obat. Karena kalau mereka tidak menjalani pengobatan maka akan semakin banyak warganya yang kena TB," ujar Erlina.
Begitu juga dengan Kominfo, misalnya, bisalah membuat pesan singkat (SMS) blast untuk mengingatkan masyarakat bahwa TB bisa sembuh asal diobati. "Saya rasa itu lebih efektif kalau dikerjakan bersama-sama," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
-
PSSI Butuh Uang Rp 500 Miliar Tiap Tahun, Dari Mana Sumber Duitnya?
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
Terkini
-
Jennifer Coppen Ungkap Tantangan Rawat Kulit Sensitif Anaknya, Kini Lebih Selektif Pilih Skincare
-
Titiek Soeharto Klaim Ikan Laut Tidak Tercemar, Benarkah Demikian?
-
Bukan Cuma Kabut Asap, Kini Hujan di Jakarta Juga Bawa 'Racun' Mikroplastik
-
Terobosan Regeneratif Indonesia: Di Balik Sukses Prof. Deby Vinski Pimpin KTT Stem Cell Dunia 2025
-
Peran Sentral Psikolog Klinis di Tengah Meningkatnya Tantangan Kesehatan Mental di Indonesia
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru