Suara.com - Sebuah studi menemukan bahwa minuman bersoda membuat tubuh mengalami peningkatan berat badan alias gemuk, karena karbon dioksida mendorong hasrat untuk makan lebih banyak.
Ini terjadi, kata para ilmuwan, ketika kita menelan gas dalam minuman, maka akan memicu lonjakan hormon kelaparan.
Meski demikian, para akademisi baru mempelajari hal tersebut pada tikus dan menemukan bahwa tikus yang diberi minuman manis bersoda tidak menghasilkan bobot lebih banyak daripada yang diberi air bersih.
Namun tikus yang diberi minuman bersoda, termasuk versi kalori nol yang mengandung pemanis buatan, ikut-ikutan tambah gemuk.
Juru kampanye anti-obesitas mengatakan tindakan tertentu harus dilakukan jika penelitian menunjukkan efek yang serupa pada manusia.
Tam Fry, dari Forum Obesitas Nasional mengatakan Departemen Kesehatan harus membatasi secara ketat penggunaan bahan kimia apapun yang mengganggu kesehatan. "Dan itu harus mencakup karbon dioksida jika efek ini direplikasi dalam penelitian lebih lanjut," tambahnya dilansir Daily Mail.
Industri minuman bersoda membalas dengan mengatakan tidak ada bukti karbon dioksida (CO2) dapat menyebabkan obesitas pada manusia. Dalam studi tersebut, periset dari Universitas Birzeit di Tepi Barat Palestina, membawa 16 tikus dengan berat yang sama dan membaginya menjadi empat kelompok.
Kelompok pertama diberi air, yang kedua adalah minuman ringan manis tanpa gas, yang ketiga merupakan minuman soda 'standar' yang mengandung gula, dan keempat, minuman soda 'diet' yang mengandung pemanis buatan.
Semua tikus diberi akses terhadap makanan tak terbatas. Setelah tiga bulan, tikus yang diberi dua minuman bersoda beratnya lebih tinggi daripada yang diberi minuman biasa. Para peneliti menghitung bahwa tikus yang diberi minuman bersoda makan rata-rata 20 persen lebih banyak daripada yang diberi minuman biasa.
Setelah satu tahun, tikus yang diberi minuman berkarbonasi menunjukkan tanda-tanda akumulasi lemak di sekitar organ vital mereka, sebuah tanda obesitas kronis. Tes menunjukkan kadar hormon ghrelin kelaparan 'secara signifikan lebih tinggi' pada tikus setelah minum minuman bersoda.
Para peneliti kemudian melakukan tes pada 20 relawan manusia yang sehat. Mereka menemukan relawan yang diberi air mineral untuk diminum saat sarapan memiliki kadar ghrelin enam kali lebih tinggi daripada yang diberi air bersih.
Namun British Soft Drinks Association meragukan relevansi penelitian tersebut. Sang Direktur jendral Gavin Partington, mengatakan, tidak ada bukti ilmiah bahwa karbon dioksida yang terkandung dalam minuman ringan atau bahkan bir, menyebabkan kelaparan atau obesitas meningkat.
"Ini adalah sains yang buruk hanya untuk mengambil hasil dari studi pada tikus yang disamakan untuk manusia," tegasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Jangan Tunggu Dewasa, Ajak Anak Pahami Aturan Lalu Lintas Sejak Sekarang!
-
Menjaga Kemurnian Air di Rumah, Kunci Hidup Sehat yang Sering Terlupa
-
Timbangan Bukan Segalanya: Rahasia di Balik Tubuh Bugar Tanpa Obsesi Angka
-
Terobosan Baru Atasi Kebutaan: Obat Faricimab Kurangi Suntikan Mata Hingga 75%!
-
5 Pilihan Obat Batu Ginjal Berbahan Herbal, Aman untuk Kesehatan Ginjal dan Ampuh
-
Catat Prestasi, Tiga Tahun Beruntun REJURAN Indonesia Jadi Top Global Distributor
-
Mengenal UKA, Solusi Canggih Atasi Nyeri Lutut dengan Luka Minimal
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya