Ilustrasi korban kecelakaan lalu lintas. (Shutterstock)
Kecelakaan disebut menjadi pembunuh remaja terbesar di seluruh dunia. Diperkirakan, sekitar 3000 anak muda meninggal setiap hari, karena penyebab yang dapat dicegah.
Kebut-kebutan, mengemudi dalam keadaan mabuk dan kondisi negatif di jalan lainnya merupakan kejadian biasa di seluruh dunia, yang juga bisa berakibat fatal.
Sayangnya, ini terjadi lebih banyak di kalangan pemuda. Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa ini adalah luka jalanan yang kejam dan menjadi penyebab kematian remaja terbesar di dunia.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa lebih dari 3.000 remaja meninggal setiap hari, dengan total 1,2 juta kematian per tahun. Pada 2015, lebih dari dua pertiga kematian ini terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di Afrika dan Asia Tenggara.
Menurut data WHO, kecelakaan di jalan raya adalah penyebab utama kematian remaja di antara anak usia 10-19 tahun, yang mengakibatkan sekitar 115.000 kematian remaja setiap tahunnya.
Sebagian besar anak muda yang tewas dalam kecelakaan jalan adalah pengguna jalan yang rentan seperti pejalan kaki, pesepeda dan pengendara sepeda motor. "Remaja telah sepenuhnya absen dari rencana kesehatan nasional selama beberapa dekade," kata Flavia Bustreo, Asisten Direktur Jenderal WHO.
"Investasi yang relatif kecil yang berfokus pada remaja sekarang tidak hanya akan menghasilkan orang dewasa sehat dan diberdayakan yang berkembang dan berkontribusi secara positif terhadap masyarakat mereka, namun juga akan menghasilkan generasi penerus yang lebih baik, menghasilkan keuntungan yang sangat besar," kata Bustreo dilansir Zeenews.
Lima penyebab kematian tertinggi pada semua remaja berusia 10-19 tahun pada 2015 adalah kecelakaan lalu lintas di jalan dengan 115.302 kematian, infeksi saluran pernapasan bawah (72.655 kematian), kecerobohan (67.149), penyakit diare (63.575) dan tenggelam (57, 125).
Laporan tersebut mengungkapkan perbedaan mencolok penyebab kematian saat memisahkan kelompok remaja berdasarkan usia (remaja muda berusia 10 - 14 tahun dan yang lebih tua berusia 15 - 19 tahun) dan berdasarkan jenis kelamin.
Melihat hanya di negara berpenghasilan rendah dan menengah di Afrika, penyakit menular seperti HIV/AIDS, infeksi saluran pernapasan, meningitis, dan penyakit diare, kata WHO, lebih besar menyebabkan kematian di kalangan remaja daripada cedera jalan.
Penyebab utama kematian bagi remaja putri berusia di bawah 14 tahun adalah infeksi saluran pernafasan bagian bawah, seperti pneumonia. Hal tersebut sering terjadi akibat polusi udara dalam ruangan dari memasak dengan bahan bakar kotor.
Menurut laporan tersebut juga, komplikasi kehamilan, seperti perdarahan, sepsis, persalinan yang terhambat, dan komplikasi aborsi yang tidak aman, adalah penyebab utama kematian di antara 15 anak perempuan berusia 19 tahun.
Bunuh diri dan kematian akibat kecerobohan merupakan penyebab ketiga kematian remaja pada tahun 2015, kata laporan tersebut.
"Memperbaiki cara sistem kesehatan melayani remaja hanyalah salah satu bagian dari peningkatan kesehatan mereka," kata Anthony Costello, Direktur Kesehatan Maternal, Newborn, Child and Adolescent WHO.
"Orang tua, keluarga, dan masyarakat sangat penting, karena mereka memiliki potensi terbesar untuk secara positif mempengaruhi perilaku dan kesehatan remaja," tambah Costello.
Kebut-kebutan, mengemudi dalam keadaan mabuk dan kondisi negatif di jalan lainnya merupakan kejadian biasa di seluruh dunia, yang juga bisa berakibat fatal.
Sayangnya, ini terjadi lebih banyak di kalangan pemuda. Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa ini adalah luka jalanan yang kejam dan menjadi penyebab kematian remaja terbesar di dunia.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa lebih dari 3.000 remaja meninggal setiap hari, dengan total 1,2 juta kematian per tahun. Pada 2015, lebih dari dua pertiga kematian ini terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di Afrika dan Asia Tenggara.
Menurut data WHO, kecelakaan di jalan raya adalah penyebab utama kematian remaja di antara anak usia 10-19 tahun, yang mengakibatkan sekitar 115.000 kematian remaja setiap tahunnya.
Sebagian besar anak muda yang tewas dalam kecelakaan jalan adalah pengguna jalan yang rentan seperti pejalan kaki, pesepeda dan pengendara sepeda motor. "Remaja telah sepenuhnya absen dari rencana kesehatan nasional selama beberapa dekade," kata Flavia Bustreo, Asisten Direktur Jenderal WHO.
"Investasi yang relatif kecil yang berfokus pada remaja sekarang tidak hanya akan menghasilkan orang dewasa sehat dan diberdayakan yang berkembang dan berkontribusi secara positif terhadap masyarakat mereka, namun juga akan menghasilkan generasi penerus yang lebih baik, menghasilkan keuntungan yang sangat besar," kata Bustreo dilansir Zeenews.
Lima penyebab kematian tertinggi pada semua remaja berusia 10-19 tahun pada 2015 adalah kecelakaan lalu lintas di jalan dengan 115.302 kematian, infeksi saluran pernapasan bawah (72.655 kematian), kecerobohan (67.149), penyakit diare (63.575) dan tenggelam (57, 125).
Laporan tersebut mengungkapkan perbedaan mencolok penyebab kematian saat memisahkan kelompok remaja berdasarkan usia (remaja muda berusia 10 - 14 tahun dan yang lebih tua berusia 15 - 19 tahun) dan berdasarkan jenis kelamin.
Melihat hanya di negara berpenghasilan rendah dan menengah di Afrika, penyakit menular seperti HIV/AIDS, infeksi saluran pernapasan, meningitis, dan penyakit diare, kata WHO, lebih besar menyebabkan kematian di kalangan remaja daripada cedera jalan.
Penyebab utama kematian bagi remaja putri berusia di bawah 14 tahun adalah infeksi saluran pernafasan bagian bawah, seperti pneumonia. Hal tersebut sering terjadi akibat polusi udara dalam ruangan dari memasak dengan bahan bakar kotor.
Menurut laporan tersebut juga, komplikasi kehamilan, seperti perdarahan, sepsis, persalinan yang terhambat, dan komplikasi aborsi yang tidak aman, adalah penyebab utama kematian di antara 15 anak perempuan berusia 19 tahun.
Bunuh diri dan kematian akibat kecerobohan merupakan penyebab ketiga kematian remaja pada tahun 2015, kata laporan tersebut.
"Memperbaiki cara sistem kesehatan melayani remaja hanyalah salah satu bagian dari peningkatan kesehatan mereka," kata Anthony Costello, Direktur Kesehatan Maternal, Newborn, Child and Adolescent WHO.
"Orang tua, keluarga, dan masyarakat sangat penting, karena mereka memiliki potensi terbesar untuk secara positif mempengaruhi perilaku dan kesehatan remaja," tambah Costello.
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Emiten Sejahtera Bintang Abadi Textile Pailit, Sahamnya Dimiliki BUMN
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan