Suara.com - Lewat jurnal yang dipublikasikan Natural Compounds diketahui, sebuah ekstrak tanaman yang tumbuh di benua Asia dapat membantu mengobati HIV.
Para ilmuwan sebelumya mengungkapkan, ekstra tanaman tersebut secara tradisional digunakan untuk mengobati radang sendi yang ternyata mengandung senyawa anti-HIV yang ampuh dan diklaim lebih kuat daripada obat AZT.
Azidothymidine (AZT) merupakan obat antiretroviral yang digunakan untuk mencegah dan mengobati HIV/AIDS. Hingga akhirnya ditemukan senyawa patentiflorin A yang berasal dari daun Justicia, diidentifikasi dalam skrining lebih dari 4.500 ekstrak tumbuhan karena efeknya terhadap virus HIV.
Ekstrak Justicia diawetkan dan diambil dari daun, batang, serta akar tanaman telah dikumpulkan di Taman Nasional Cuc Phuong di Hanoi, Vietnam, lebih dari 10 tahun lalu oleh seorang profesor Indonesia Djaja Doel Soejarto, yang juga seorang profesor di University of Illinois di Chicago (UIC ) di Amerika.
Periset menganalisis, ekstrak tersebut bersama ribuan lainnya sebagai bagian dari upaya mereka mengidentifikasi obat baru melawan HIV, tuberkulosis, malaria, dan kanker.
Mereka memusatkan perhatian pada patentiflorin A karena kemampuannya menghambat enzim yang dibutuhkan HIV untuk memasukkan kode genetiknya ke dalam DNA sel.
Dalam studi tentang sel manusia yang terinfeksi virus HIV, patentiflorin A memiliki efek penghambatan yang jauh lebih signifikan pada enzim tersebut. Patentiflorin A mampu menghambat aksi reverse transcriptase jauh lebih efektif daripada AZT, dan mampu melakukan keduanya pada tahap awal infeksi HIV saat virus memasuki sel makrofag, dan mengubah infeksi saat berada dalam sel T Sistem kekebalan tubuh.
Patentiflorin A mewakili agen anti-HIV baru yang dapat ditambahkan ke rejimen koktail obat anti-HIV saat ini untuk meningkatkan penghancuran virus, dan pencegahan AIDS.
"Jika kita bisa membuat obat di lab, kita tidak perlu membangun peternakan untuk tumbuh dan panen tanaman, yang memerlukan investasi finansial yang signifikan, belum lagi dampaknya terhadap lingkungan," ungkap salah satu peneliti, Rong, seperti dikutip dari Zeenews.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 5 Pilihan HP Snapdragon Murah RAM Besar, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan