Suara.com - Kasus kanker kepala leher mungkin tak sepopuler jenis kanker lain seperti kanker payudara, kanker serviks, kanker paru hingga kanker usus. Namun data Globocan menyebut bahwa prevalensi kasus kanker kepala leher memiliki tingkat kematian yang tinggi.
Sekitar 10 persen dari 100 ribu penduduk yang mengidap kanker kepala leher, hanya 3 persen di antaranya yang selamat.
Dokter Marlinda Adham, SpTHT-KL(K) dari RS Cipto Mangunkusumo mengatakan bahwa insiden kanker kepala leher tidak begitu populer, karena letaknya yang tersembunyi sehingga tak disadari penderitanya dan ditemukan pada stadium lanjut
"Gejala awal sulit dikenali, kalau ada benjolan nggak terdeteksi. Atau kalau ada lesi di lidah hanya dikira ada sariawan biasa," ujar dr Marlinda pada temu media seputar Kanker Kepala Leher di RSCM, Kamis (10/8/2017).
Selain gejala yang sulit dideteksi, faktor lainnya yang menyebabkan kanker ini ditemukan dalam stadium lanjut adalah pengobatan yang tertunda baik dari dokter maupun pasien. Ketika terdeteksi kanker dan dokter meminta biopsi, tak sedikit pasien yang menganggap bahwa proses tersebut justru meningkatkan penyebaran kanker.
"Sebaliknya dokternya juga kalau pasien aware, justru dokter menganggap sariawan biasa," tambah dia.
Keenganan pasien melalukan kontrol dan setelah treatment berjalan juga dapat meningkatkan risiko kekambuhan. Apalagi menurut Marlinda, kanker pada kepala dan leher memiliki risiko kekambuhan yang cukup tinggi mencapai 30 persen.
"Sistem BPJS yang membatasi satu pemeriksaan satu minggu juga jadi hambatan dalam penanganan kanker kepala leher. Misalnya saya minta 6 pemeriksaan berarti baru bisa selesai 6 minggu. Padahal kita kejar-kejaran dengan perkembangan penyakit," terang dia.
Kanker kepala leher sendiri meliputi kanker hidung, kanker nasofaring, kanker mata, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker ludah hingga kanker tiroid. Kanker nasofaring merupakan jenis kanker kepala leher yang memiliki angka kejadian yang tinggi di Indonesia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Peran Sentral Psikolog Klinis di Tengah Meningkatnya Tantangan Kesehatan Mental di Indonesia
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif