Suara.com - Rocker Australia, Chrissy Amphlett memperingatkan kita tentang bahaya mengaburkan indera tentang garis halus yang memisahkan kesenangan dan rasa sakit saat bernyanyi. Namun, bagi banyak orang, tindakan yang menimbulkan rasa sakit sebenarnya cukup menyenangkan.
Terbukti, para lelaki saat berolahraga di gym memakai beban berat hingga menimbulkan pembuluh darah menonjol di kepala mereka, sementara mereka mengerang penderitaan yang terasa menakjubkan tersebut.
Ada apa dengan itu?
Pakar fisiologi olahraga, Dr Ian Gillam, mengatakan endorfin sedang bermain dan bahan kimia tersebut memicu banyak perilaku obsesif pada atlet, serta mereka yang dalam populasi umum saat berada di puncak paparan.
Endorfin merupakan bahan kimia alami untuk menimbulkan "rasa bahagia", dan dalam dosis besar lebih kuat daripada morfin. Ini membantu meringankan rasa sakit, dan menimbulkan perasaan senang atau euforia pada setiap individu, terutama saat mereka menguji daya tahan selama rutinitas berolahraga.
"Pelepasan endorfin biasanya terjadi dengan olahraga yang lebih lama. Latihan intensif selama 45 menit memicu pelepasan endorfin yang signifikan," kata Dr Gillam.
"Endorfin mengurangi rasa sakit, yang bisa menginduksi apa yang biasa disebut sebagai 'pelari tinggi' yang terasa sama menyenangkannya dengan obat bius," sambungnya.
"Olahraga jelas memberikan banyak manfaat bagi peserta. Namun, karena sifat menipu dari endorfin, orang sering memaksa terlalu jauh saat sedang olahraga. Endorfin memastikan kita dapat membuat tubuh di bawah tekanan fisik tanpa merasakan rasa sakit saat menikmatinya," ungkapnya lagi.
Dr Gillam memperingatkan, kita harus berhati-hati berolahraga saat sedang merasa tidak sehat atau ketika kekebalan tubuh sedang turun. Pasalnya, rasa sakit tersebut dapat mengakibatkan "penyakit atau luka lebih lanjut".
Baca Juga: Nyeri Perut Setelah Olahraga, Apa Penyebabnya?
Menurut psikolog Georgia Ray, orang yang sengaja melukai diri sendiri untuk mencari euforia atau "kesenangan" melakukannya karena empat alasan utama.
"Orang-orang yang merugikan diri sendiri melakukannya untuk mengurangi emosi negatif, merasakan 'sesuatu' selain mati rasa atau kekosongan, untuk menghindari situasi sosial tertentu dan untuk mendapat dukungan sosial," imbuhnya.
Seringkali mereka yang berpartisipasi dalam laporan menyakiti diri merasa lebih baik setelah menyakiti diri mereka sendiri. Hal ini karena setelah orang mengalami rasa sakit, dan akan hilang, mereka terhubung dengan keadaan euforia yang intens. Dan orang-orang yang merugikan diri sendiri memiliki kecenderungan memanfaatkan mekanisme psikologis ini.
"Seiring waktu, orang-orang yang terlibat dalam bahaya diri belajar untuk bereaksi lebih baik terhadap rasa sakit, karena mereka telah belajar mengaitkannya dengan pereda rasa sakit," kata Ray.
Dia menekankan, meskipun merugikan diri sendiri dapat menghasilkan rasa euforia sementara dalam jangka pendek, perilaku ini sangat berbeda dengan kegiatan pencarian kesenangan lainnya yang melibatkan rasa sakit dan harus ditangani oleh seorang profesional. (News.com.au)
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
Terkini
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?
-
Cara Mencegah Stroke Sejak Dini dengan Langkah Sederhana, Yuk Pelajari!