Suara.com - Isu Resistensi Antimikroba atau yang biasa disebut Antimicrobial Resistance (AMR), tengah mengemuka dan menjadi perhatian semua pihak baik oleh penggiat kesehatan hingga sektor peternakan dan kesehatan hewan.
Untuk merespon ancaman AMR, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) berusaha menyiapkan langkah-langkah strategis dalam upaya pengendalian AMR di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Syamsul Ma'arif pada acara Sarasehan "Penggunaan Antibiotik Yang Bijak Menghasilkan Produk Unggas Yang Sehat", di Solo, 18 November 2017.
Tujuh langkah strategis yang dibuat itu, terdiri dari:
Pertama, dari sisi regulasi, melakukan pelarangan penggunaan antibiotik sebagai growth promoter.
Kedua, Kementan akan terlibat dan berperan aktif dalam pembuatan dan menyepakati Nasional Action Plan atau Rencana Aksi Nasional penanggulangan AMR bersama Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertahanan, BPOM dan beberapa Kementerian serta lembaga pemerintah lainnya dalam kerangka pendekatan "One Health".
Ketiga, memulai surveilans Resistensi Antimikroba di wilayah kerja Balai Veteriner Subang (Jawa Barat, Banten dan Jabodetabek).
Keempat, melakukan pilot survey penggunaan antimikroba AMU atau Antimicrobial Usage di tiga provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan pada 360 peternakan ayam pedaging (Broiler).
Yang kelima, melakukan Kuliah Umum untuk meningkatkan kesadaran penggunaan antibiotik yang bijak dan bertanggung jawab di beberapa fakultas kedokteran hewan.
Baca Juga: Resistensi Antibiotik Perlu Masuk Kurikulum Fakultas Dokter Hewan
Keenam, merancang pembuatan Komite Pengendali Resistensi Antimikroba (KPRA). Dan yang terakhir, melakukan penyusunan Permentan untuk Pengendalian Resistensi Antimikroba.
"Kita harapkan dengan langkah-langkah yang dilakukan pemerintah akan efektif untuk menjawab tantangan ancaman resistensi antibiotik," ujar Ma'arif.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan, resistensi antimikroba telah menimbulkan ancaman kesehatan global yang signifikan terhadap populasi di seluruh dunia.
"Dengan perkembangan global, mikro-organisme resisten dapat menyebar dengan sangat cepat, sehingga tidak ada negara yang terhindar dari masalah resistensi antimikroba," tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis