Suara.com - Sebuah penelitian baru di Universitas Heidelberg, Jerman, menunjukkan bahwa kita selama ini mungkin telah salah menafsirkan tentang penyakit diabetes dan komplikasi yang menyertainya, yang identik dengan mengharuskan penderitanya memantau dan mengontrol kadar gula darah.
Selama ini diyakini bahwa memantau kadar gula darah dapat membantu mengurangi risiko komplikasi pada penderita diabetes, seperti penyakit jantung dan kebutaan. Tetapi faktanya, bahkan dengan kontrol kadar gula darah yang baik, penderita diabetes seringkali masih mengalami komplikasi lebih lanjut, termasuk kerusakan saraf dan kerusakan ginjal. Hal ini menunjukkan bahwa pengobatan diabetes yang efektif membutuhkan lebih dari sekedar mengontrol kadar gula darah.
Diabetes tipe 2 terjadi ketika pankreas tidak cukup melepaskan hormon insulin, atau ketika sel-sel tubuh tidak bereaksi terhadap insulin. Insulin ini membantu tubuh menggunakan glukosa untuk kebutuhan energi langsung atau menyimpannya untuk kebutuhan energi masa depan. Ini berarti, gula (glukosa) tetap berada di dalam darah dan tidak digunakan sebagai bahan bakar untuk energi.
Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Cell Metabolism, menunjukkan bahwa molekul yang disebut methylglyoxal (MG) dapat menyebabkan banyak kerusakan yang terkait dengan diabetes tipe 2.
MG adalah metabolit reaktif atau produk sampingan sel, yang mengarah pada pembentukan molekul kuat yang akan memodifikasi protein, lemak, dan DNA di dalam sel. MG mencegah molekul protein, lemak, dan DNA bekerja sehingga menyebabkan sel-sel tidak berfungsi dengan baik.
MG terbentuk sebagai hasil dari berbagai reaksi kimia yang terjadi di dalam sel, yang menjadi sangat reaktif pada kasus diabetes.
Dalam penelitiannya, para peneliti membiarkan MG terakumulasi di dalam tubuh seekor lalat, membuat lalat tersebut menjadi resisten pada insulin. Lalat tersebut kemudian menjadi gemuk, dan seiring berjalannya waktu, kadar glukosanya juga terganggu.
Temuan baru ini mungkin dapat membantu menjelaskan mengapa, bahkan dengan kontrol kadar gula darah yang baik, komplikasi diabetes masih terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa mungkin untuk memperlambat, atau bahkan mencegah, komplikasi diabetes dapat dilakukan melalui kombinasi kontrol glukosa yang baik sekaligus pengurangan MG.
Perawatan diabetes dengan cara menurunkan kadar gula darah, seiring berjalan waktu, efektivitasnya biasanya menurun. Karena itu, pasien membutuhkan obat baru yang berfungsi mengendalikan diabetes dan komplikasinya dengan cara yang berbeda.
Baca Juga: 5 Ribu Personel Siap Amankan Laga Persija vs Arema
Dan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa selain mengontrol kadar gula darah, kita juga harus mempertimbangkan perawatan tambahan yang mencegah pembentukan metabolit reaktif, seperti MG. Bagaimana caranya?
Nah, meski si metabolit reaktif ini dapat menyebabkan kerusakan yang luas di dalam sel, ada molekul yang dapat secara efektif menghentikan pembentukan MG.
Molekul tersebut adalah antioksidan. Meski tak semua metabolit reaktif sensitif terhadap antioksidan, saat ini ada jenis antioksidan baru yang disebut carnosine. Antioksidan ini dapat mencegah pembentukan berbagai metabolit reaktif yang terbentuk dari glukosa dan asam lemak.
Uji klinis terhadap carnosine sedang berlangsung, tetapi temuan awal cukup menjanjikan. Diketahui bahwa carnosine mampu mengurangi kadar gula darah, serta mencegah berbagai komplikasi yang berhubungan dengan diabetes. Bahkan lebih baik lagi, karena carnosine ini diklasifikasikan sebagai suplemen makanan daripada obat, sehingga pasien tidak memerlukan resep untuk membelinya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat