Suara.com - Sarapan adalah bahan bakar untuk memulai hari, karena itu mutu sarapan sangat penting dan sebisa mungkin dipenuhi oleh asupan yang bergizi.
Berbicara mengenai kebiasaan sarapan, ahli gizi Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, mengatakan bahwa dibandingkan lima tahun lalu, masyarakat Indonesia terutama siswa sekolah, remaja dan perempuan dewasa saat ini sudah semakin paham mengenai pentingnya mutu sarapan.
Namun tambahnya, menu sarapan masyarakat Indonesia cenderung masih belum memenuhi kebutuhan gizi yang lengkap dan seimbang, sehingga mutu sarapannya cenderung rendah.
"Ini dikarenakan pola kebiasaan konsumsi sarapan yang masih sebutuhnya yaitu anggapan bahwa sarapan hanya sekedar pencegah rasa lapar, ketimbang membekali tubuh dengan sumber gizi yang bisa memberikan energi dan rasa kenyang lebih lama agar tubuh lebih siap beraktivitas," kata Hardinsyah dalam acara peluncuran produk sereal sarapan NESTUM, di Jakarta beberapa waktu lalu.
Bahkan data dari Survei Diet Total (SDT) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) Kemenkes RI terhadap lebih dari 25.000 anak usia 6 sampai 12 tahun di 34 provinsi mengungkapkan bahwa hampir separuh anak atau sekitar 47,7%, belum memenuhi kebutuhan energi minimal saat sarapan.
Bukan hanya itu, 66,8% anak mengonsumsi sarapan dengan mutu gizi yang rendah, terutama rendah asupan vitamin dan mineral.
Bukan hanya pada anak usia sekolah, sebanyak 30% perempuan dewasa juga tidak terbiasa sarapan, sementara 37% perempuan dewasa belum menerapkan pilihan sarapan yang memenuhi kebutuhan energinya.
Fakta-fakta soal mutu sarapan tersebut, kata praktisi gizi kebugaran Jansen Ongko, M.Sc, RD, bisa dipengaruhi oleh beragam faktor yang berkembang.
"Gaya hidup modern yang semakin sibuk, kekhawatiran meninggalkan anak dengan rasa lapar di sekolah, mitos tidak perlu sarapan kalau tidak lapar, bahkan ketakutan berlebih terhadap sumber gizi tertentu seperti karbohidrat atau gula, menjadikan pola sarapan sebutuhnya menjadi kebiasaan umum," tambah Ongko dalam acara yang sama.
Untuk itu, kepraktisan seperti produk sarapan cepat saji namun kaya gizi merupakan salah satu kunci untuk membantu masyarakat Indonesia agar mau tergerak menerapkan kebiasaan sarapan sehat.
"Peran sarapan dalam memupuk kebugaran fisik dan mental penting sekali. Pertama, sarapan memenuhi sekitar 15-30% kebutuhan gizi harian. Kedua, kebiasaan sarapan yang cerdas juga turut membantu memupuk kebiasaan pola makan yang cerdas di saat makan siang, ketika jajan, dan makan malam," tutup Ongko.
Ingat ya, sarapan bukan hanya soal kenyang, tapi mutu sarapan juga harus tinggi dan mengandung nutrisi seimbang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!