Suara.com - Pencegahan keracunan makanan bagi keluarga ada di pundak ibu rumah tangga. Jika ibu rumah tangga tak paham soal ketahanan pangan, risiko keluarga sakit karena keracunan makanan akan lebih besar.
Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Harsi Dewantari Kusumaningrum mengatakan hampir 50 persen produk pangan yang masuk ke dalam rumah tangga tercemar bakteri penyebab penyakit. Ketika bahan baku makanan itu tercemar oleh bakteri-bakteri penyebab penyakit, maka peran ibu rumah tangga dalam mengolah bahan baku menjadi penting.
“Bakteri penyebab penyakit ini sebenarnya terus berubah dan terus kita temukan. Tentu dari proses pengolahan itu akan sangat penting,” kata Harsi, dalam rilis yang diterima Suara.com, baru-baru ini.
Bakteri bisa sampai ke makanan melalui berbagai media. Bisa saja bakteri tersebut memang berasal dari makanan itu sendiri, seperti buah-buahan dan sayuran yang rentan tercemar dari pupuk, tanah dan air.
Pada produk daging dan susu, potensi pencemaran berasal dari cara penyembelihan yang tidak benar, atau proses pemerahan yang kurang steril.
Selain itu, bakteri juga bisa mencemari makanan dari limbah rumah tangga. Hal bisa dicegah dangan pengaturan atau penanganan limbah secara baik.
Nah, Harsi menyebut sumber bakteri paling besar justru berasal dari peralatan yang digunakan dalam mengolah makanan. Tak mencuci tangan sebelum memasak contohnya, disebut Harsi berpotensi menularkan bakteri ke makanan.
“Sebetulnya higiene-nya dari kita sendiri, tangan. Tangan kita itu membawa bakteri Staphylococcus aureus yang bisa menghasilkan toksin yang bisa menyebabkan keracunan,” katanya lagi.
Ibu rumah tangga pun harus paham betul soal adanya keracunan akibat cemaran kuman. Penting juga untuk mengetahui soal faktor keamanan pangan yang lain seperti penggunaan formalin, boraks, dan pewarna tekstil.
Baca Juga: 5 Makanan Ini Tak Cocok Dijadikan Menu Sarapan
"Karena itu, masaklah pangan dengan benar, artinya memasak pangan dengan seksama sampai seluruhnya terpapar panas, karena memasak yang tepat dapat membunuh hampir semua mikroba berbahaya," tutup Hasri.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
Pilihan
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
Terkini
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia